Dulu berdirilah sebuah mushollah waqof di jl. MT. Haryono, Gang 6 C, Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru, kota Malang yang jama'ahnya masyarakat sekitar. nama dari mushollah tersebut adalah Nurul Huda. Di kampung ini tidak hanya mushollah akan tetapi juga ada masjid yang mana jama'ahnya lebih ramai dari pada mushollah. Nama dari masjid tersebut adalah Al Ishlah  yang jama'ahnya lebih banyak dari pada musholla Nurul Huda.
Dengan kesepian yang diderita oleh mushollah, maka ketua RT yaitu pak Umar bermusyawarah dengan masyarakat untuk memilih  mendirikan sebuah TPQ dengan beberapa tujuan, yang pertama, agar mushollah Nurul Huda tidak sepi lagi, yang kedua, memudahkan masyarakat untuk melatih anaknya mengaji, dan yang terakhir, agar mushollah ini tidak hanya ramai di waktu malam saja akan tetapi juga ramai di waktu senja. Ramai dengan anak kecil yang dengan semangatnya melafadhzkan iqra' dan Al Qur'an, pujian dan do'a selesai sholat.
Akhirnya, berdirilah sebuah TPQ yang dinisbatkan dari nama masjid yaitu "TPQ (Taman Pendidikan Al Qur'an) Nurul Huda". Pada saat itu pak Umar membuka Open Rekruitment untuk Mahasiswa yang berminat dan mempunyai waktu kosong di sore hari. Mahasiswa yang diterima menjadi ustadz ustadzah pasti sudah melalui tes dan pre-tes. Peserta didiknya dimulai dari jenjang PAUD, TK dan SD.
Wali murid dan tenaga kerja TPQ yang biasa disebut dengan pak guruuntuk yang laki-laki dan bu guruuntuk yang perempuan sudah seperti teman. Dalam artian teman curhat bagaimana pengembangan anak di TPQ dan dirumah. Wali murid menitipkan anaknya di TPQ dengan cara mendaftar terlebih dahulu dengan syarat dan ketentuan yang sudah ada diTPQ.
Kami, pak guru sama bu guru mencoba untuk welcome untuk wali santri. Bahkan dengan canggihnya zaman, wali santri meminta untuk dibuatkan grup WA yang tujuannya kita bisa sharing bersama meski belum mengenal satu sama lain. Juga antara orang tua dan guru tidak ada miskomunikasi tentang TPQ.
Di grup WA wali santri kami menemukan sebuah curahan hati  wali santri teruntuk pak guru dan bu guru.
Anak-anak kami adalah bagian dari jiwa kami
Kami mencuntai mereka, tapi cinta kami seringkali buta,
Tak sanggup melihat 'aib dan kurang mereka...
Kami menyayangi mereka, tapi kasih sayang kami
Terkadang tak cukup untuk menyelamatkan mereka dari api neraka
Menyadari ketidakberdayaan kami, dengan sepenuh kesadaran
Kami lepaskan anak-anak kami jauh dari rumah, tempat mereka dibesarkan...
Ada sesak yang kami tahan di dada
Ada air mata yang diam-diam kami tumpahkan
Ketika meleas kepergian mereka....
Hanya harapan yang sanggup membuat kami berpura-pura tersenyum
Harapan kiranya perpisahan ini menjadi jalan
Yang  akan mengantar mereka menuju ketakwaan...
Anak-anak kami, datang ke pondok ini dengan segenap kekurangan mereka
Maafkan.....
Jika mereka kurang santun dalam berperilaku
Kurang sopan dalam bertutur kata
Kurang sungguh-sungguh dalam belajar
Kurang taat pada peraturan
Dan sederet kekurangan lainnya....
Anak-anak kami,bukan sepotong kain yang kamikirim untuk dijahit menjadi baju dalam hitungan hari
Bukan adonan epung yang hanya butuh beberapa jam untuk mengolahnya menjadi roti....
Tapi, jiwa-jiwa yang punya ego dan perasaan, yang perlu proses untuk membentuk akhlak dan kepribadian mereka......
Mungkin, sesekali mereka akan membangkang,
Dan dengan keerbaasan ilmunya, justru menjerumuskan diri  ke dalam dosa....
Saat itulah, kami harapkan teguran penuh kelembutan dari usadz untuk anak-anak kami..
Atau, peringatan tegas, bahkan sedikit "kekerasan" dalam batas syari'at  sebagai pendidikan....
Betapapun kami menyayangin anak-anak kami
Betapapun kami ingin mereka hidup nyaman tanpa beban
Kami masih tega melihat mereka menanggung "kesusahan"hidup sebagai santri, demi mendidik mereka menjadi pribadi bertakwa...
Kami rela mereka menanggung beban dunia,
Api kami tak sanggup melihat anak-anak kami terjerumus dalma dosadan tersiksa dalam panasnya api neraka......
Karenanya,
Dengan segala kerendahan, kami (mengharapkan bantuan ustadz dalam membimbing mereka......
Anak-anak kami, pergi jauh meninggalkan orangtua dan sanak saudara,
Kami harap di pondok mereka menemukan gantinya...
Rengkuh mereka sebgai anak, atau adik yang disayangi setulus hati....
Kami, dengan sepenuh usaha kan belajar ikhlas melepas anak-anak kami....
Akan kami iringi kesabaran ustadz dengan ketabahan..
Akan kami imbangi kegigihan antum dengan do'a dalam sujud panjang...
Akan kami teladani keikhlasan dan kesungguhan antum, sebab kami sadar, kamilah yang pertama bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anak kami....
Biidznillahh, insya Allah.........