Mohon tunggu...
Musyaffa M Sos
Musyaffa M Sos Mohon Tunggu... Dosen - When we should change, there is chance

We never die, couse always think and show writting....

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Lulus PNS, dari Keberhasilan Kami hingga Keberkahan Menikah

28 Februari 2019   21:05 Diperbarui: 1 Maret 2019   14:45 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prosesi Pernikahan, 17-18 Oktober 2018 di Lumajang Jawa Timur

Hari  itu, Selasa malam (15/01), aku mendapatkan informasi menggembirakan dari istriku. Ia menelponku usai mendapati kabar bahwa namaku tertera pada tampilan Digital Signature (DS) hasil akhir seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) 2018 pada intansi Kementerian Agama (Kemenag). Kebetulan, aku mengikuti seleksi tersebut pada formasi Dosen Etika Komunikasi Islam di IAIN Bengkulu.

"Alhamdulillah, mas, nama mas ada dipengumunan malam ini, rezeki temanten baru", ujarnya diikuti luapan kegembiraan. Sesaat pula, ia mengabarkan berita 'Istimewa' itu ke orang tua dan sanak keluarga melalui media sosial.

Perlu diketahui, statusku masih 'lajang' saat aku mendaftar pada 07 Oktober 2018. Usai aku melakukan pendaftaran secara online. Beberapa hari setelahnya, aku mengirimkan berkas lamaran ke gedung rektorat IAIN Bengkulu. 

Lalu, aku melanjutkan perjalanan ke Lumajang, Jawa Timur. Hal ini bukan tanpa alasan, karena aku harus melangsungkan ibadah 'sakral' disana. Ibadah 'sakral' yang dimaksud adalah pernikahan. 

Aku akhirnya melangsungkan prosesi akad nikah pada 17 Oktober 2018. Aku menikahi gadis asli Lumajang yang aku kenali sejak menempuh pendidikan bahasa Inggris di Kampus BEC-Pare, Kediri, 2014 silam. Lalu, kami disatukan melalui Program Keluarga Harapan (PKH).

Sebagaimana Rasulullah Saw, bahwa menikah itu membuka pintu-pintu rezeki dan keberkahan lainnya. Dan sabda itu benar adanya, insyaallah, waallahu a'lamu bishowab.

Demi Negara, Kami Rela Berpisah Sementara

Jauh sebelum aku mengikuti tahapan seleksi ini. Aku sudah berkiprah di intansi pemerintah, di Kementerian Sosial RI. Aku berprofesi sebagai Pendamping Sosial. Tugas utamaku hanya memastikan bahwa bantuan sosial untuk keluarga miskin bersyarat harus tepat waktu, tepat sasaran, dan tepat jumlah bantuannya. Sejak 2018 awal, aku harus pergi pagi pulang petang menjalankan tugas mulia ini. Begitupun istriku, Asih Nurwahyuni M.Pd, pun berprofesi yang sama denganku.

Meskipun kami berprofesi sama, tetapi kami tidak dalam ruang dan tempat yang sama. Aku bertugas untuk Kabupaten Muaro Jambi, Jambi. Sedang istriku bertugas untuk Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. 

Jelas beda provinsi, beda pulau bahkan. Selain tugas sebagai pengabdi negara untuk Kementerian Sosial, kami juga berkiprah di dunia pendidikan. Menjelang pernikahan, mulai per September 2018, istriku diminta mengajar di salah satu kampus swasta di Lumajang, Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang. Ia mengajar bahasa Inggris praktis. 

Sementara itu, aku pun dipercaya untuk mengampu mata kuliah Komunikasi Antarbudaya, Strategi Penyiaran Islam, dan satu mata kuliah yang akhirnya menakdirkanku untuk memilih formasi CPNS kali ini, yakni: Etika Komunikasi Islam. Syukurnya, ternyata Allah swt menakdirkanku untuk bergabung di almameterku selama aku menempuh pendidikan Strata Satu di IAIN Bengkulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun