Mohon tunggu...
Zakiyya Sakhie
Zakiyya Sakhie Mohon Tunggu... Wiraswasta - Dokumen pribadi

housewife, book lovers, like traveling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Miss Komentator Akut

18 Agustus 2017   15:43 Diperbarui: 18 Agustus 2017   16:29 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: bellbroshvac.com

sudah sangat parah, parah sekali, dan susah diobati.

Mengapa Orang Mudah Sekali Berkomentar?

Mengomentari orang itu memang hal yang mudah. Tapi bagi pihak yang dikomentari, bukan sesuatu yang mudah menerimanya. Apalagi terus-terusan. Komentar seseorang terkandung makna kalau tidak positif ya negatif. Komentar yang sifatnya memuji, barangkali berdampak senang bagi orang lain. Sekalipun begitu, terlalu sering dipuji terkadang juga membuat seseorang menjadi kurang suka. Demikian pula kebalikannya, mendapat komentar tidak baik, sering mengakibatkan orang lain sakit hati. Katakanlah: komentar yang sifatnya pedas atau nylekit.

Orang yang suka mengomentari orang lain pada dasarnya orang yang tidak memiliki kelebihan atau sebaliknya. Merasa dirinya sudah sempurna, bisa melakukan apa saja, dan paling baik. Dan mengomentari segala yang dilihatnya adalah untuk menutupi agar dirinya terlihat cerdas, pintar, genius, dsb. Yang pada dasarnya tidaklah demikian. Selebihnya karena merasa sudah sempurna, paling baik, seakan merasa paling bisa, maka orang lain dianggapnya minus atau rendah semua.

Tidak Semua Yang Kita Lihat Harus Dikomentari

Bagi seseorang yang gemar sekali mengomentari sesuatu mungkin susah untuk menjaga mulut agar tidak mengomentari apapun yang sedang dilihatnya. Apalagi yang memang terbiasa sedikit-sedikit komentar. Pasti susah banget untuk diam, mengunci mulutnya agar sejenak tidak bersuara tentang siapapun.

Tentu sifat seperti ini harus kita jauhi semaksimal mungkin. Karena tidak semua yang kita lihat musti dikomentari. Dan tidak semua yang ada di depan mata perlu untuk dikomentari. Selain itu belum tentu pula orang lain butuh komentar kita, kecuali memang kita diminta untuk itu. Itupun sebisanya kita berkomentar secara obyektif.

Sedikitnya kita harus belajar mengendalikan perkataan, membendung keinginan tiap kali berkeinginan mengomentari sesuatu. Penting tidak sih saya mengomentari ini?menyinggung tidak? komentar saya pas tidak? Intinya adalah berfikir secara matang sebelum kita berniat mengomentari orang lain. Jangan sampai karena kebiasaan gemar mengomentari orang mengantar kita menjadi orang yang memiliki banyak hater.

Dan kita dicap sebagai "komentator akut"

Salam

Papua, 17-08-2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun