Sejak zaman penjajahan sampai zaman sekarang saya baru mengetahui ada warga masyarakat yang akan melaksanakan tradisi yang sudah turun temurun dari nenek moyangnya berupa sedekah laut di ganggu, di rusak dan dibatalkan sekelompok orang. Itulah yang di alami masyarakat dan para nelayan di Pantai Baru, Ngentak, Poncosari Bantul Yogyakarta.
 Menurut keterangan salah satu warga bernama Taroh, pada hari jumat 12 oktober 2018, warga sudah mempersiapkan berbagai fasilitas yang di pergunakan untuk ritual tradisi sedekah laut.
Pada malam hari (sabtu dinihari) datang sekelomok warga dengan membawa 2 (dua) rombongan mobil dan beberapa lainya mengendarai sepeda motor langsung mengobrak abrik bahkan merusak meja kursi yang sudah dipasang rapi panitia. Atas peristiwa tersebut, akhirnya panitia membatalkan atau meniadakan ritual tradisi sedekah laut yang sudah berlangsung secara turun temurun.
 Konon, kelompok yang menggagalkan ritual tradisi beranggapan, apa yang dilakukan masyarakat dalam sedekah laut bagian dari musyrik (perbuatan menduakan Tuhan) yang jelas jelas dilarang oleh agama dan termasuk dosa yang sangat besar (akbarul kabair). Bahkan mereka menganggap gara gara perilaku musyrik inilah, akhirnya Allah menurunkan hukuman berupa berbagai musibah bancana alam di berbagai wilayah Indonesia.
Musyrik merupakan perbuatan dosa besar, seperti Sabda Rasulullah Saw" Dari Abdurrahman bin Abi Bakr, berkata Rasulullah SAW, wahai sahabatku, maukah aku tunjukan kepada kalian dosa dosa yang paling besar? Rasulullah mengatakan diulang tiga kali. Para sahabat berkata " tentu wahai Rasulullah", beliau Rasulullah bersabda " Syirik kepada Allah swt, durhaka kepada kedua orang tua, dan perkataan palsu ( berdusta). ( HR. Bukhari Muslim).
 Hadis ini menjelaskan bahwa perbuatan syirik (musyrik) merupakan dosa yang sangat besar, sama dosa besarnya dengan perbuatan  melawan (durhaka) kepada kedua orang tua serta para pendusta (pembohong/hoaxs).
Memahami Musyrik
 Secara bahasa (loghowi), perbuatan menyekutukan atau menduakan Tuhan semesta alam. Secara istilah musyrik diartikan suatu keyakinan, ucapan dan perbuatan yang mengaggap ciptaan Allah memiliki kekuatan yang sama bahkan melebihi kekuatan Allah SWT. Ciptaan Allah yang biasa dijadikan sumber kemusyrikan diantaranya kuburan, gunung, laut, pohon besar, batu dan tempat tempat tertentu yang dianggap keramat.
 Islam mengajarkan bahwa perilaku atau amal perbuatan tergantung niatnya (keyakinan). Sesuai sabda Rasul "Nilai amal itu tergantung niat pelakunya dan setiap manusia memperoleh balasan sesuai yang di niatkan " ( HR. Bukhari Muslim).
 Sesuatu yang dianggap baik oleh manusia bisa jadi jelek di mata Allah, karena dilandasi niat buruk. Sebaliknya suatu perbuatan yang dianggap salah oleh manusia, bagi Allah perbuatan yang benar karena dilandasi niat yang lurus dan mulia. Niat itu ada di dalam hati, yang mengetahui niatnya seperti apa hanya dirinya sendiri dan Allah swt yang tahu.
Orang lain tidak akan pernah bisa mengetahui dan memahami niat yang dimiliki seseorang. Artinya perbuatan seseorang bisa dikatakan musyrik atau tidak hanya dirinya sendiri dan Allah swt. Karena berkaitan dengan niat atau situasi kebatinan, maka perilaku musyrik bisa terjadi kapanpun, dimanapun dan dalam situasi apapun.
