Mohon tunggu...
Ibrahim Aji
Ibrahim Aji Mohon Tunggu... self learner

as long as I live, so long do I learn

Selanjutnya

Tutup

Nature

Mengenal Light Rail Transit

4 Juni 2012   02:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:25 3681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="410" caption="LRT di Singapura (sumber : Google.com)"][/caption] Light Rail Transit (LRT) adalah salah satu jenis urban passenger transportation yang beroperasi di permukaan jalan baik memiliki jalur khusus maupun memakai jalur umum. LRT merupakan bagian dari Mass Rapid Transit (MRT) dengan cakupan wilayah yang lebih kecil dan bentuk armada yang lebih kompak dan ringan. LRT sudah banyak diterapkan di negara-negara di dunia, di Asia Tenggara sendiri terdapat di Filipina dan Singapura. LRT di Singapura termasuk dari bagian Singapore Mass Rapid Transit (SMRT) dan mencakup di beberapa wilayah Singapura.

Sejarah MRT Singapura

LRT di Singapura tidak terlepas dari SMRT, sehingga sejarah berawal dari pembangunan SMRT. Pembangunan SMRT berawal dari peramalan perencanaan kota pada tahun 1967 bahwa pada tahun 1992 diperlukan sistem transportasi kota diatas rel. Dengan batasan lahan yang dimiliki Singapura dan sistem transportasi bus yang tidak akan mencukupi demand di masa depan maka parlemen Singapura memutuskan untuk membangun sistem SMRT. Dengan biaya awal 5 miliar dolar Singapura, yang merupakan biaya termahal untuk suatu proyek di Singapura, dimulai pada tahun 1983 di pusat kota Singapura. Proyek yang terus berjalan hingga saat ini menghasilkan sebuah sistem transportasi yang disebut Singapore Mass Rapid Transit. Tentunya dapat dibayangkan peramalan transportasi untuk 25 tahun ke depan dan keberanian parlemen Singapura untuk mengambil keputusan untuk membangun SMRT dengan investasi yang tidak sedikit menghasilkan sistem transportasi Singapura yang sangat baik saat ini. Ke depannya akan ada pengembangan lagi dari SMRT di Singapura karena sudah ada perencanaan pembangunan oleh Urban Redevelopment Authority Singapore.

Sejarah LRT Indonesia

Di Indonesia istilah LRT tidak begitu populer, lain halnya dengan istilah trem. Selain itu LRT di Indonesia merupakan sistem yang independen dan tidak terintegrasi dengan MRT, karena tidak adanya MRT. LRT di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak sebelum tahun 1900-an semasa kolonial Belanda, tepatnya di Jakarta dan Surabaya. Pada masa itu dibangun LRT dengan tenaga uap dan pada tahun 1930-an diganti dengan tenaga listrik. Tetapi akhirnya LRT tersebut digusur karena rencana pengembangan lebih ke metro atau subway. Pada masa sekarang, di Indonesia akan terdapat LRT yaitu di kota Solo. Dengan jalur LRT yang masih ada, walikota Solo berencana mengembangkannya kembali untuk membangun sistem LRT. Dengan rencana investasi sebesar 10 miliar rupiah maka diharapkan pengembangan LRT ini bisa dikembangkan lagi menjadi MRT di Solo Raya.

Pertimbangan Penerapan sistem LRT di Indonesia

Untuk menerapkan sistem LRT di Indonesia membutuhkan banyak pertimbangan yang matang sebelumnya, seperti:

  1. Dibutuhkan Perencanaan Tata Ruang Kota, perencanaan tata ruang kota sangat penting karena terkait dengan optimalisasi daerah yang perlu dibangun dan dilalui oleh LRT, terkait dengan demand dan lahan yang tersedia. Selain itu, diperlukan adanya perencanaan untuk pengembangan dari LRT itu sendiri ke depannya. Pengembangan dilakukan dengan penambahan jalur ataupun perubahan dari jalur itu sendiri sehingga diharapkan akan lebih baik lagi untuk sistem transportasi LRT.
  2. Dibutuhkan investasi yang tidak sedikit, biaya per kilometer LRT sangatlah tinggi, dengan biaya per kilometer yang 5x lebih mahal daripada Bus Rapid Transit (BRT) maka diperlukan pertimbangan biaya pembangunan yang tinggi, selain dari revenue yang didapatkan dari LRT itu sendiri. Dikhawatirkan dengan biaya pembangunan yang tinggi dan dana didapat dari pinjaman pada lembaga tertentu, sehingga mengakibatkan tarif yang tinggi dan akhirnya sepi dari pengguna LRT.
  3. Memberikan pelayanan yang terbaik, biaya investasi yang mahal kalau tidak didukung pelayanan yang baik maka akan menjadi sia-sia. Contoh di Singapura yang memiliki scheduling yang tepat waktu dan frekuensi yang tinggi memberikan kenyamanan tersendiri untuk pengguna LRT. Permasalahan angkutan umum di Indonesia, selain LRT, adalah belum adanya ketepatan jadwal. Bahkan untuk Heavy Train pun seringkali terdapat keterlambatan yang memakan waktu berjam-jam. Untuk angkutan umum di jalan raya lebih parah lagi karena seringkali di daerah tidak memprioritaskan penjadwalan untuk pengoperasian angkutan umumnya sendiri.
  4. Integrasi antar moda, pembangunan dari LRT ini diharapkan untuk menarik para pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum. Tentunya harus ada faktor penarik, diantaranya adalah integrasi antar moda. Integrasi sangat penting untuk dibangun karena aksesibilitas yang tinggi diharapkan memudahkan pengguna untuk memakai angkutan umum tersebut. Integrasi antar stasiun-terminal, atau stasiun-bandara, sangat dibutuhkan. Dapat dibayangkan jika tidak terdapat integrasi, sebagai pengguna tentunya akan merasa tidak nyaman, capek dan berbagai keluhan lainnya. Maka integrasi sangat penting untuk dibangun.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun