Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nilai Stephen Hawking bagi Anak Milenial

16 Maret 2018   07:39 Diperbarui: 16 Maret 2018   11:00 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Kami sangat sedih  karena ayah tercinta kami telah meninggal dunia hari ini," ungkap Lucy,  Robert, dan Tim, anak-anak Hawking, dikutip dari Sky News, Rabu  (14/3/2018). Fisikawan yang kisah hidupnya diangkat dalam film The Theory of  Everything ini meninggal pada usia 76 tahun. Dia baru saja merayakan  ulang tahunnya pada 8 Januari lalu. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Breaking News: Stephen Hawking Meninggal Dunia". Itulah berita yang diturunkan Resa Eka Ayu Sartika, dalam Kompas, kolom sains.

Jika dunia sains, dan dunia pada umumnya, merasa kehilangan, lantas apakah anak muda milenial merasa kehilangan ? atau lebih khusus lagi, apakah anak milenial Indonesia merasa kehilangan ?

Ah, mngkin jadi tidak banyak orang yang kenal dengan Stephen Hawking.  Terkecuali, jika mereka sudah akrab dengan sains atau kosmologi. Sementara, bagi kita yang terbaisa dengan kehidupan "non-sains", akan merasa asing mendengar nama dan tokoh yang satu ini. 

Kendati tidak selamanya kita senantiasa sepakat dengan pandangan Stephen Hawking, namun untuk sekedar membantu dan mengingatkan kita semua, termasuk yang belum akrab dengan Stephen Hawking, kiranya, satu titik pengalaman hidup Hawking perlu kita petik di sini.

Pertama, kerja keras itu perlu kita miliki. Stephen Hawking tidak dikenal sebagai bintang pelajar di pendidikan dasar, namun usaha keras selama pendidikan menengah dan perguruan tingginya, kemudian malah menyebabkan dia menjadi orang cerdas dalam sains. Ini adalah luar biasa. Artinya, kita tidak perlu risih atau minder dengan pengalaman belajar di masa lalu, karena masa depan itu bergantung usaha kita hari ini ke depan !

Kedua,  gariah mengisi hidup dengan manfaat. Perhatikan berita ini :"Sepanjang hidupnya, Hawking dibayang-bayangi diagnosis dokter tentang  umurnya yang singkat. Saat berumur 21 tahun, Hawking mengidap penyakit  motor neuron. Dokter menyatakan, ia tidak akan bertahan hidup lebih dari  dua tahun. Namun, nyatanya, Hawking bisa hidup hingga 55 tahun ke  depan."

Terakhir, tetap semangat mengisi sisa hidup. Stephen hawking adalah ilmuwan yang "lumpuh" sebagian. tetapi, pikiran dan semangat hidupnya tetap membara, sehngga beliau tetap mendapat pengargaan tinggi dari dari dunia. Hal ini menggambarkan bahwa kondisi fisik, dan keadaan fisik, hendaknya tidak dijadikan alasan untuk tidak produktif. Subhanallah, luar biasa !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun