Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik dan Buntut Kecebong

6 September 2017   06:45 Diperbarui: 6 September 2017   07:51 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kalau katak sudah dewasa, ekornya sudah tiada. Sang Katak dewasa, mampu menyelesaikan tahapan kehidupannya, dengan melepas ekornya. Ekor yang selama ini, kerap hadir dan mengikuti setiap langkah kecebong, kini sudah bisa dihindari dan dilepaskannya dengan sempurna.

Saya membayangkan. Kecebong itu mirip dengan aktivitas elit politik kita. Orang yang saya sebut elit politik itu, bukan hanya dipartai, tetapi mereka yang memiliki kekuasaan lebih dalam mengelola negara, termasuk elit polisi, elit militer, elit KPK, terlebih lagi dengan anggota DPR dan kepala pemerintahan. Merea itu semua masuk kategori elit politik, dalam konteks pemahaman wacana ini.

Jika kite menelaah kembali, ke fase kelahiran kita, yakni lahir dari era orde baru. Bayangannya, atau masih diasumsikan sebagai kecebong. Elit politik kita masih mirip kecebong. Siapapun kita,  kalau dtelaah dengan seksama, kalau diteliti secara cermat, dapat ditemukan bekar ekor atau bahkan ada yang masih berekor. Ekor masalah masa lalu.

Tidak tanggung-tanggung. Kalau anggota masyarakat bergurau, pejabat mana sih, pegawai mana sih, yang masuknya tanpa kongkalingkong ? bukankah para pejabat negara sekarang ini, adalah produk dari KKN masa lalu ? oleh karena itu, kalau, kita cermati dengan seksama, saya yakin, masih banyak (untuk tidak menyebutkan semua) kecebong politik kita saat ini.

Bila demikian adanya, adalah wajar. Jika ada konflik kepentingan antar elit, setiap lawan politiknya, dengan sangat mudah menggali 'catatan kelam' masa lalu dari lawan politiknya tersebut. Bila posisi kita tersudutkan, dapat dengan mudah kita membuka file-masa-lalu untuk dijadikan peluru serangan balik. Karena memang, setiap diantara kita masih memiliki sisa buntut masa lalu.

Oleh karena itulah, (1) jika kita tidak memaafkan masa lalu, maka masa depan, akan sulit dilewati dengan baik, (2) jika ekor masa lalu, masih dipermasalahkan, maka masalah kebangsaan ini, akan terus berbuntut panjang.  Terlebih lagi, jika elit politik kita, menerapkan prinsip "mati satu mati semua. Saya terbidik, maka siapkan juga, Anda pun akan saya bidik"

Sehubungan hal ini, apakah buntut masalah dari kasus Aris Budiman ini, sehingga memancing gaduh antara KPK dengan DPR, adalah bagian dari penggalian ekor kecebong itu ?  Ekor masalah itu, bisa berbentu dendam politik, persaingan politik, atau konflik kepentingan. Sekali lagi, apakah ini adalah buntut kecebong itu ? entah  lah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun