Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjalanan Lahir Batin Prolet; Lebaran Penuh Makna

28 Juni 2017   17:39 Diperbarui: 28 Juni 2017   19:45 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suara bedug bertalu talu dari mesjid kampung Prolet.  Berduyun duyun orang memadati mesjid lama itu.  Takbir berkumandang tak henti. Mengisi udara pedesaan Solo yang pagi itu sangat sejuk tanpa mendung terlihat mengganggu.

Prolet bersama simboknya bersama sama sholat Ied di mesjid.  Suasana sangat riang namun takzim.  Lebaran memang begitu mudah menularkan keriangan kepada siapa saja.  Bahkan burung burung kecil pemurung di atas kabel telepon ikut berloncatan gembira menyambut hari kemenangan bagi umat Islam ini.

Prolet teringat Tuan Puteri.  Apa yang dilakukannya kalau sedang lebaran begini?  Pergi ke luar negeri?  Atau ke Bali?  Prolet tersenyum. Membayangkan Tuan Puteri menambah bahagia suasana lebaran di hati.

--------

Usai sholat, Prolet berjalan menjajari simboknya pulang ke rumah.  Tidak sabar rasanya mencicipi ketupat ditambah kuah opor ayam dan sayur labu pedas.  Belum belum Prolet sudah merasakan pedasnya mengaliri lidah dan kerongkongannya.  Ingin rasanya dia menghambur berlari. Tapi manalah mungkin mengajak simboknya berlari?  Kuwalat nanti.

"Prolet, kemarin ada telepon dari bulikmu Lastri.  Dia minta maaf kepada simbok karena dulu pernah bertengkar masalah warisan.  Simbok harus bilang apa ya?  Dia mengucapkan mohon maaf lahir batin dan selamat lebaran.  Kamu kan tahu, bulikmu bukan beragama Islam.  Dalam pengajian di tipi tipi setahu simbok tidak boleh saling memberikan selamat hari raya kepada pemeluk agama lain. " Simbok bercerita sambil terus melangkah pelan.  Prolet mendengarkan dengan seksama.  Tapi bingung juga harus menjawab apa kepada simboknya.  Pengetahuan agamanya hanya sebatas kulit luar saja.  Prolet takut salah jika menjawab seadanya.

"Piye le, simbok sudah memaafkan bulik sejak dahulu.  tapi apa yang harus simbok jawab untuk ucapan selamat lebarannya ya?" tanpa memperhatikan Prolet yang sedang mengerahkan pikirannya untuk mencari jawaban, simbok mengajukan pertanyaan sama kedua kalinya.

Prolet sedikit menengadah.  Siapa tahu ada jawaban yang ditulis oleh birunya langit.  Tentu saja tidak ada.  Dia hanya berkhayal saja.  Meminta bantuan siapa ya?  Browsing di internet akan semakin membingungkan karena ada beberapa versi pendapat yang berbeda beda.  Dia nanti malah akan semakin terjebak dalam kebingungan yang rumit.

--------

Beberapa belas meter lagi mereka akan sampai di rumah.  Prolet sudah memutuskan,

"Begini saja mbok.  Apa yang ada dalam hati simbok sampaikan saja kepada Bulik Lastri.  Kalau simbok mau mengucapakan terima kasih saja, Prolet rasa tidak apa apa.  Kalau simbok juga mengucapkan maaf lahir batin, Prolet pikir itu juga bukan masalah.  Apa yang ada dalam hati simbok saja.  Kita tidak tahu mana yang benar.  Toh Tuhan juga paham apa yang dipikirkan dan diucapkan oleh simbok itu sama dengan hati atau tidak. Itu yang terpenting menurut Prolet mbok"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun