Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Bulan Berwajah Sebelah

27 Mei 2017   14:20 Diperbarui: 27 Mei 2017   14:50 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam melarut dengan cepat di desa Songgonyowo.  Desa yang diapit oleh hutan lebat di bagian punggung dan laut lepas di bagian muka.  Gelap tidak sepenuhnya menguasai.  Sinar temaram jatuh seperti serombongan kunang-kunang melintas cepat.  Lautan sedang setenang bayi.  Hutan di belakang desa tergeletak sewarna dengan jubah para pemuja setan.  Hitam, kelam, misterius.

Rangga, Dewi, Arti, dan Sesa, empat pemuda pemudi yang sedang KKN di desa terpencil itu sedang berkumpul di teras rumah pak lurah.  Diterangi nyala lampu bersinar tak kentara yang disuplai dari generator desa.  Itupun hanya sampai tengah malam saja. 

Rangga adalah pemuda kalem dari Jakarta.  Dewi, gadis menor dari Bandung.  Arti, gadis manis dari Yogya, dan Sesa, gadis tomboy yang berasal dari Palembang. Mereka sedang membicarakan rencana esok hari melakukan kegiatan penutupan dan perpisahan di kantor desa.  Kuliah Kerja Nyata selama kurang lebih dua bulan sudah mereka selesaikan.  Saatnya pulang dan kembali ke peradaban.  Begitu yang ada dalam benak masing masing mahasiswa mahasiswi itu.

-----

Saat sedang asyik merunut agenda kegiatan, keempat orang ini dikejutkan oleh kedatangan seseorang yang tergesa gesa.  Mengetuk pintu rumah pak lurah.  Bukan mengetuk tapi menggedor.  Terlihat sekali betapa panik wajahnya.  Rangga dan kawan kawan baru kali ini melihat wajah lelaki kurus kecil itu.  padahal mereka mengenal hampir semua penduduk desa. 

Pintu terbuka.  Pak Lurah Samun menatap lelaki itu.  Tanpa berbicarapun, Pak Lurah juga memperlihatkan kecemasan yang sama.  Dilambainya Rangga,

“Nak Rangga, sebaiknya anak berempat mengerjakan semua di dalam saja yah?....ini malam bulan sedang berwajah sebelah.  Tidak baik jika ada orang masih di luar rumah menjelang bulan naik sepenggalah.” Serius dan khawatir nampak sekali dari wajah pak lurah.  Ujung matanya seringkali mencuri lihat ke arah Dewi.  Rangga mengerutkan kening.  Kenapa Pak Lurah tiba tiba menjadi genit.  Sering mencuri lihat ke arah Dewi saat berbicara tadi.  Tidak seperti biasanya.

Dewi memang gadis yang sangat menarik.  Apalagi riasan dan dandanannya mendukung semua itu.  Seorang gadis kota yang modis, cantik dan seksi.  Semakin mencolok saja karena dua bulan terakhir ini Dewi sama sekali tidak merubah dandanannya meskipun tahu dia sedang berada jauh di pelosok desa.  Tidak banyak penonton yang mengaguminya.

----

Rangga menghampiri teman temannya menceritakan saran dari pak lurah yang hanya sepotong tadi.  Ketiga temannya menggeleng gelengkan kepala.  Tidak masuk akal kata mereka.  Menyuruh mereka kerja di dalam sama saja dengan menyuruh tidur.  Lampunya saja tidak sampai membuat mata ngengat silau.  Apalagi buat kerja? No way.

Rangga mengangkat bahu.  Diapun setuju.  Lagipula dia curiga kepada Pak Lurah dan orang tak dikenal itu.  Sekarang saja mereka sedang berbisik bisik sambil sesekali mengarahkan tangan ke Dewi.  Hmmmm, gelagat mencurigakan ujar Rangga dalam hati.  Dia harus ekstra waspada menjaga tiga gadis itu terutama Dewi.  Dialah laki laki satu satunya di team ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun