Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menggenggam Kenangan Sekuat Senja

17 Agustus 2017   20:25 Diperbarui: 17 Agustus 2017   21:04 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mendatangi senja.  Seorang lelaki yang merasa dirinya adalah penyendiri, hendak mengadukan sunyi. 

Lelaki itu tak pernah melepaskan genggaman tangan.  Pada sebuah artefak yang sering disebut kenangan. 

Warna senja mulai terlihat.  Lelaki itu buru-buru memasukkan semua aduan ke dalam saku.  Sebentar lagi adalah saatnya.  Bercerita panjang lebar mengenai cinta.

Muka lelaki itu memucat.  Senja terlihat tak enak hati.  Wajahnya sedikit menghitam dan terdengar suara lirih geraman.   Lelaki itu maju mundur seperti burung tekukur.  Terpeselet malam dan akhirnya tersungkur.

Kenangan dalam genggaman berhamburan.  Terpental ke delapan penjuru bumi.  Lelaki itu hanya bisa berharap satu hal dengan sangat. Kenangannya akan cinta jatuh ke pantai terdekat.  Tempatnya dulu menuliskan rawa yang pekat.

Jakarta, 17 Agustus 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun