Mohon tunggu...
Mike Reyssent
Mike Reyssent Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia

Kejujuran Adalah Mata Uang Yang Berlaku di Seluruh Dunia Graceadeliciareys@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

5 Kesalahan Novel Baswedan

18 Mei 2015   21:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:51 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sengaja saya potong tulisan ini menjadi dua bagian supaya bacanya ga terlalu panjang dan bikin lelah. Oleh sebab itu, saya tidak mau panjang kali lebar lagi menulis kronologis atau tetek bengek kasus yang menimpa penyidik KPK Novel Baswedan karena saya yakin semua orang udah tau yang mana hampir semua tipi, media online dan banyak Kompasianer yang sudah menulisnya.

Dalam tulisan ini, saya ingin mengurai 5 kesalahan Novel Baswedan yang sepertinya terlepas dari pandangan kita. Dan karena tidak ingin bertele tele maka mari kita simak bersama dengan mata kepala, mata hati dan mata bathin kita secara terbuka.

Ok? Lanjut ya....

Kesalahan Pertama : Novel terbukti bersalah dan sudah dikenakan sangsi disiplin pada saat bertugas di Bengkulu, ketika Tim yang dipimpinnya menembak 5 orang pencuri sarang burung walet dan satu orang yang mengaku sebagai tukang ojek. Sehingga menyebabkan salah satu dari maling itu meninggal dunia, dan sisanya harus dirawat di rumah sakit (Kasus penembakan ini, sudah dibahas di Standar Ganda Kita Semua)

Kesalahan Kedua : Novel bersalah karena patuh mentaati perintah atasan, ketika ditugaskan sebagai penyidik di KPK karena KPK tidak punya penyidik sendiri. Pasti lain ceritanya, jika saja Novel bandel tidak mentaati perintah atasan seperti Kabareskrim, Budi Waseso, yang terang terangan berani membangkang perintah Presiden Republik Indonesia, Bapak Ir. Joko Widodo, sebagai Panglima Tertinggi di republik ini. Dan terbukti Budi Waseso tidak mendapat sangsi apa apa, malah kelihatan jadi makin hebat dan makin banyak pihak yang memujinya.

Kesalahan Ketiga : Novel bersalah karena sudah berani beraninya membongkar kasus korupsi besar yang menjerat para koruptor kelas kakap. Seandainya Novel tidak punya prestasi seperti itu, tentu dia akan aman aman aja.

Kesalahan Keempat : Ini kesalahan yang agak fatal, Novel berani mengutak ngatik perwira tinggi Polisi. Jadi makin bertambah lagi pihak yang benci kepadanya, yaitu polri. Seandainya Novel tidak pernah mengungkap kasus petinggi polri, maka bisa dipastikan polri tidak akan kalap sehingga mau mengutak atik kasus lamanya.

Aroma dendam polisi terhadap Novel bau sangitnya sangat terasa didalam kasus ini. Sekali lagi, lihat dengan mata kepala, mata hati dan mata bathin kita, karena yang tahu persis kasus lama Novel adalah polisi. Jadi, jangan menutup semua kenyataan dan jangan memberi dalil atau alasan yang dibuat buat.

Sekarang polisi sudah kalap, sakit hati dan dendam, jadi menganggap Novel sebagai penghianat, maka polisi tidak lagi mau melindunginya. Bahkan, dari bau baunya “bisa jadi” polisi “berkolaborasi” bersama para koruptor membuat dagelan untuk menjerat Novel ikut masuk ke dalam Hotel Prodeo.

Kesalahan Kelima : Ini adalah kesalahan yang sangat fatal dan menentukan, yaitu Novel adalah salah satu polisi bersih!!! (Bersih dalam arti, tidak terlibat dalam korupsi dan tidak ada kasus lain yang bisa membawanya ke pengadilan, kecuali kasus penembakan yang sudah 11 tahun.)

Sebuah kesalahan besar dan berakibat fatal, memilih menjadi polisi bersih, ketika hidup di negeri yang penuh dengan polisi kotor dan para koruptor. Dimana polisi kotor dan koruptor punya perlindungan khusus dan kekuatan super. Masuk penjara itulah konsekwensi yang harus ditanggung oleh Novel Baswedan, salah satu polisi penyidik terbaik di negeri ini.

Masih mending jika yang menanggung akibatnya hanya fisik Novel saja, karena resiko yang lebih besar justru terjadi tekanan psikis terhadap polisi bersih, keluarganya bahkan anaknya pun akan menanggung semua resikonya...

Polisi kotor dan koruptor, punya berbagai macam cara untuk melenyapkan polisi bersih. Tekanan, ancaman dan fitnah akan datang bertubi tubi untuk melemahkan sikapnya. Fitnah akan membawa dampak yang sangat besar karena akan membuat masyarakat menjadi bingung sehingga akan ikut menghujat dan menyalahkannya...

Itu merupakan kenyataan pahit yang nampak secara terang benderang di depan mata kepala, dan mata hati kita.

Nah, itulah 5 kesalahan Novel Baswedan sehingga polisi berusaha keras untuk bisa menyeretnya ke pengadilan.

Ada beberapa pertanyaan yang mendasar dari tiga kasus yang menghantam pimpinan dan penyidik KPK (Samad, BW dan Novel), yaitu mengapa polisi tidak jadi menahan dan melepas ketiganya? Apakah karena perintah presiden? Kapolri? Atau ada tekanan dari masyarakat?

Yang sebenarnya adalah polisi memang tidak berniat menahan ketiganya. Tampaknya, polisi hanya ingin memberi shock terapi buat mereka para penegak hukum lain atau siapapun juga yang ingin mengungkit harta petinggi Polri.

Ada pesan yang sangat dalam dan menakutkan dari polri, kepada siapapun yang berani mengutak atik petinggi polri.

“Kalo lo pernah punya salah, lo jangan pernah berani macem macem ame gue, atau gue masukin ke sel. Ngerti!!!

Catatan :

Kasus begal motor dan kasus prostitusi kemarin, itu semua kasus lama dan sudah sering terjadi, kenapa baru dibuat heboh lagi?? Apa itu prestasi??? Sudah lama kasus begal motor dan prostitusi ada, kenapa baru sekarang terungkap??? Kemana polisi selama ini?

Saya koq malah jadi heran melihat niat polisi yang sekarang mau mengungkap kasus korupsi...Koq kenapa baru sekarang polisi ada niatan membongkar kasus korupsi? Koq sebelum ada dan sejak ada KPK, polisi semua jadi melempem kaya kerupuk kena air?

Padahal jika Polri memang berniat, saya sangat yakin, dengan kecanggihan alat dan SDM yang dimiliki oleh Polri, dari dulu mereka dengan mudah membongkar setiap kasus korupsi.

Dan kalau saja dari dulu polisi mau membongkar kasus korupsi,  KPK tidak akan pernah ada. Apa karena Kabareskrimnya Buwas yang hebat?

Jika memang Buwas polisi hebat, kenapa ga dari dulu Buwas mengungkap kasus korupsi?? Kenapa baru sekarang mau aktif mengungkap kasus korupsi? Apakah bukan karena pencitraan aja? Seakan akan ingin dianggap polisi sekarang hebat?

Apakah setelah kasus mantan petinggi KPK selesai, Polri tetap mau mengungkap kasus korupsi??? Semoga aja begitu....

Sambungan dari Standar Ganda Kita Semua...

Salam Damai...

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun