Mohon tunggu...
Agatha Mey
Agatha Mey Mohon Tunggu... Freelancer - agathamemey@gmail.com / agathamey.com - Menulis sesuka hati

Ibu satu anak, yang suka mempelajari berbagai hal tanpa harus menjadi ahli karena hidup sejatinya adalah sesederhana untuk menjadi bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

[Danamon Menginspirasi] Perempuan dan Film Indonesia

24 Mei 2017   01:00 Diperbarui: 24 Mei 2017   07:05 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 6 Mei 2017 saya menghadiri acara komunitas Komik berupa talkshow dan Nobar dengan tema Saatnya Sineas Perempuan Pegang Kendali di Kancah Film Nasional. Acara dihadiri oleh dua narasumber tentang film, yaitu mbak Swastika Nohara, seorang penulis script film dan Balda Zain Fuaziyyah, seorang blogger film serta seorang narasumber dari pihak sponsor acara ini yaitu Jaringan Prima dan Bank Danamon. Mengenai jaringan Prima, di jelaskan bahwa Bank Danamon meluncurkan kartu Flazz yang memiliki banyak keunggulan seperti menerbitkan kartu limited edition bergambar pemain bola, dapat di top up di berbagai tempat seperti kantor cabang bank Danamon dan merchant-merchant. Kartu ini mempermudah hidup dengan kegunaan lengkapnya sebagai alat pembayaran tiket Commuter Line, tol, Trans Jakarta dan juga berbelanja. 

Dalam talkshow tentang film, di bahas bagaimana peran perempuan-perempuan Indonesia dalam film nasional sejak jaman dahulu sampai sekarang di depan layar maupun dibelakang layar oleh mbak Swastika. Dibahas dalam talkshow ini, bagaimana di depan layar dahulu perempuan hanyalah seorang pelengkap saja dan hanya di eksplor secara fisik, kemudian terus berkembang menjadi pemegang peran-peran utama dalam film nasional. Di belakang layar banyak perempuan banyak berkiprah dan semakin banyak variasi pekerjaan yang di bagikan kepada perempuan. Membuat film memang tidak mudah, banyak pernak pernik yang harus di perhatikan, bahkan untuk bentuk alis sekalipun. Kesulitan juga di rasakan Swastika ketika membuat script film "Hari ini pasti menang" yang awalnya hanya mempunyai peran laki-laki. Akhirnya di masukkanlah perempuan dalam peran seorang wartawan yang merupakan satu-satunya tokoh yang "putih" dalam film tersebut.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Sedangkan mbak Balda lebih membahas bagaimana membuat review tentang sebuah film. Mbak Balda menganjurkan menulis review film dengan jujur sesuai hati sehingga tidak menyesatkan seperti kebanyakan trailer film, yang menyatakan film jelek ternyata tidak demikian halnya.  Syarat menulis review film yang berimbang adalah dengan menonton banyak sekali film sehingga dapat memberikan saran-saran ketika menemukan kekurangan film yang di review.

Balda / Swastika / Dewi - dokumen pribadi
Balda / Swastika / Dewi - dokumen pribadi
Buat saya yang hanya beberapa kali menonton film Indonesia, jujur saya tidak terlalu memperhatikan perkembangannya dan masih skeptis dengan film nasional karena anggapan saya masih tidak terlalu bagus kualitasnya. Tetapi mendengar banyak perkembangan baik kuantitas maupun kualitas saat ini, saya pikir saya perlu menonton juga sesekali. Film tentang perempuan banyak yang bagus menurut mbak Swastika dan mbak Balda, seperti Kartini, Athirah, 7 hati 7 cinta 7 wanita, Kapan kawin.

Menurut saya, film yang baik adalah film yang terus diingat oleh penontonnya karena merasa mendapat pelajaran dari isi film dan dapat di terapkan dalam sehari-hari. Terkait dengan tema talkshow ini, saya merasa ini saatnya kaum perempuan memegang kendali atas isi film yang mendidik. Karena saya sangat yakin anak-anak berkembang dan menjadi dewasa sesuai pendidikan di rumah dan biasanya lebih banyak di dapat dari bimbingan ibunya. Jadi kalau saya ditanya, apa yang sebenarnya saya harapkan dari tema film Indonesia saat ini ? Saya pikir tema tentang ibu yang mendidik anak-anaknya ber Bhineka Tunggal Ika sangat di butuhkan saat ini, sehingga masalah bangsa akhir-akhir ini dapat sedikit di redam. Semoga ada yang tertarik membuat scriptnya dan bisa diwujudkan menjadi film ya...

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun