Mohon tunggu...
Meltry SilvaniDesta
Meltry SilvaniDesta Mohon Tunggu... Psikolog - Asisten Psikolog

Sebagai asisten psikolog, saya memiliki latar belakang pendidikan dalam psikologi dan telah melalui pelatihan untuk membantu psikolog dalam melakukan tugas-tugas administratif, pengumpulan data, dan analisis data. Saya memiliki keterampilan interpersonal yang baik dan mampu memberikan dukungan kepada pasien secara empati dan sensitif. Saya juga memiliki kemampuan untuk bekerja dalam tim, mengikuti prosedur, dan menjaga kerahasiaan pasien. Saya selalu berusaha untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan saya dalam bidang psikologi agar dapat memberikan bantuan yang terbaik bagi pasien dan tim psikolog yang saya bantu.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Menikmati Proses Move-On

17 April 2024   09:58 Diperbarui: 17 April 2024   10:03 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

"Menikmati Proses Move-on"

A. Kasandra Putranto, Meltry Silvani Desta, Bilqis Sekar Ayu Maharani, Fahrani Elvina Nindita

Perasaan putus cinta dan kehilangan orang yang dicintai dapat meninggalkan luka yang sangat mendalam. Bagi sebagian orang, pengalaman kehilangan kekasih dapat membuat mereka merasa  hidup mereka hancur tak tersisa. Apa lagi bagi remaja yang baru pertama kali mengalami patah hati, hidup bagaikan tiada arti dan konsep cinta berubah menjadi tiada berarti. Namun kenyataannya, patah hati adalah sesuatu yang pasti akan dialami oleh semua orang dan tidak akan sulit untuk dilalui jika mampu bersabar dengan diri sendiri dan mau mengelola emosi dengan baik.

Menurut Reyes-Rodrguez et Al (2013), putus cinta merupakan salah satu sumber stres pada Mahasiswa. Menurut Kiecolt-Glaser & Newton dalam Reimer & Estrada (2020), putus cinta berpotensi menimbulkan beragam dampak, baik secara fisik maupun emosional. Menurut Reimer & Estrada (2020), Pengalaman putus cinta dapat menimbulkan rasa cemas, depresi, menurunnya imunitas tubuh, pikiran negatif, rasa marah, sulit tidur, hingga penurunan berat badan.

Fenomena psikologis yang timbul akibat putus cinta dapat dijelaskan melalui konsep grief atau berduka. Grief adalah suatu penderitaan yang dialami individu setelah adanya kehilangan (American Psychological Association, n.d.). Adapun Grief dapat berbentuk penyesalan ataupun kesedihan mendalam.

Kubler-Ross dan Kessler (2005) menjelaskan lima tahap yang dilewati individu saat mengalami grief.

  • Saat kehilangan pasangan, seseorang umumnya mengalami fase penolakan atau denial berupa kesulitan untuk menerima bahwa pasangan sudah tidak bersama lagi, dan bahwa mereka tidak akan dapat melakukan hal-hal bersama lagi. Tidak ada lagi komunikasi rutin setiap hari untuk bercerita dan memberikan kabar, atau kesenangan untuk menghabiskan waktu bersama. Selanjutnya akan muncul perasaan dan persepsi bahwa hidup sudah tidak memiliki mana, yang kemudian berkembang menjadi rasa kewalahan sebagai mekanisme psikologi positif yang dapat membantu untuk mengelola kembali perasaan mereka sehingga semua kesedihan yang mereka rasakan tidak terasa lagi.
  • Munculnya perasaan marah atau anger yang dirasakan dan dapat ditujukan kepada siapa saja. Kemarahan yang dirasakan tidak selalu logis atau valid, yang dapat berupa perasaan bersalah sebagai bentuk kemarahan kepada diri sendiri. Rasa marah ini timbul saat orang kehilangan sudah mulai merasa aman dan siap menghadapi apa saja yang dapat terjadi setelah itu. Di titik ini, orang sudah bisa melakukan kegiatan dasar sehari-hari. Perasaan marah ini sebenarnya cukup penting dalam proses penerimaan kehilangan, karena pasti akan banyak perasaan yang terpendam di balik kemarahan tersebut.
  • Selanjutnya adalah fase menawar atau bargaining, yang ditandai dengan munculnya pikiran "apa yang terjadi jika...", yang bahkan kerap diiringi dengan upaya bernegosiasi dengan Tuhan untuk mengembalikan orang yang mereka sayangi. Tahap ini dapat berlangsung beberapa hari, minggu bahkan bulan. Selain memberikan waktu untuk menyesuaikan diri dengan mengisi kesenjangan emosional yang dirasakan, tahap ini juga dapat membantu mereka yang kehilangan untuk mengembalikan situasi dan menyadari bahwa mungkin situasi kehilangan ini tidak separah yang diyakini. Contohnya, munculnya inspirasi hikmah dari kehilangan seseorang bagi hidup mereka yang membuat mereka menjadi lebih baik.
  • Masa depresi atau  depression adalah fase saat seseorang  merasa kekosongan dan kesedihan yang mendalam dalam dirinya. Respon pada fase ini adalah respon yang normal saat kehilangan, dengan menarik diri, merasa jatuh dan kehilangan, yang tidak selalu dapat dikategorikan sebagai gangguan depresi, namun dapat berkembang menjadi gangguan apabila tidak mendapatkan penanganan yang tepat. Seberapa ramai pun orang di sekeliling mereka, mereka tetap merasa sendirian.
  • Terakhir adalah fase menerima atau acceptance, yang ditandai dengan reaksi sudah mampu menerima bahwa hidup tanpa ke kasih yang hilang adalah realita baru yang harus mereka jalani, dan bahwa apapun yang terjadi, pasangan sudah tidak ada dalam kehidupan mereka lagi. Namun hal ini tidak berarti mereka sudah baik-baik saja dan sudah tidak memiliki perasaan emosional tentang pengalaman kehilangan pasangan.

 Menurut Torre & Lieberman (2018), persepsi grief dan ke lima tahapnya dalam proses putus cinta dapat membantu individu untuk meregulasikan emosinya, merasa divalidasikan perasaannya, dan menyadari bahwa kesedihannya wajar sebab hal tersebut adalah pengalaman universal.

Apa yang bisa dilakukan/ hal hal yang akan membantu untuk melewati proses ini dan selama berjalannya tahapan grief ini ?  

Putus cinta bukanlah suatu hal yang bisa dianggap mudah. Waktu adalah kunci utama, berikanlah waktu bagi diri untuk memproses kejadian yang dialami. Saat mengalami denial, biarkan diri beradaptasi dengan kondisi yang baru---setiap orang akan berbeda dalam durasi waktu yang diperlukan. Upaya Kan untuk mencari dukungan dari teman atau keluarga. Pada tahap anger, reaksi marah terhadap siapapun merupakan respon yang normal, dengan menyalahkan siapapun atas rasa sakit yang dirasakan. 

Dalam fase ini, penting untuk tidak mengambil keputusan yang terburu-buru yang mungkin akan disesali di kemudian hari. Biarkan diri merasakan dan mengatasi rasa marah, lakukan kegiatan olahraga, menggambar, dan menulis jurnal dapat menjadi cara untuk melepaskan emosi negatif yang menumpuk. Fase bargaining menjadi sangat penting untuk  menemukan makna. Keinginan ini dapat menjadi boomerang karena mungkin saja dipengaruhi oleh keputusan impulsif seperti permintaan untuk berhubungan kembali dengan mantan ke kasih, atau bahkan menciptakan figur ke kasih pada orang lain. Yakin lah bahwa diri berharga untuk memulai hidup baru tanpa kekasih. 

Fase depresi atau depression, sangat normal untuk menikmati rasa sedih dan berduka, yang bisa saja diyakini sebagai kenyataannya yang tidak mungkin berubah. Namun Fase ini merupakan kesempatan terbaik untuk melakukan refleksi diri, dengan menyadari hikmah, dan dukungannya dari orang lain. Makan sehat, olahraga, dan tidur nyenyak dapat membantu proses restorasi pemikiran negatif yang selama ini muncul. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun