Mohon tunggu...
simaulss
simaulss Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat Lintas Ruang

Bercakap, Berjabat, Beramal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peradaban Karakter

1 September 2019   07:49 Diperbarui: 25 Oktober 2020   14:42 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang, dengan praktik pimpinan negara yang sedia memimpin acara keagamaan dalam konteks negara itu, mungkinkah jawaban Bu Rektor itu memiliki relevansinya dengan SDG's ? 

Jika kita ulas kembali paparan sosiolog Max Weber yang mempelajari etika Protestan, menurutnya, agama  memunculkan semangat kapitalisme, bahwa untuk selamat, sukses dunia adalah ukurannya. 

Maka, secara implisit, kita temui agama jelas menumbuhkan motivasi tindakan, dalam hal ini tindakan ekonomi. Argumentasi lain diajukan Emile Durkheim yang menganggap bahwa esensi agama adalah simbol sakral, fenomena tak biasa yang memunculkan rasa kagum, hormat, dan tanggung jawab. 

Agama, dipandangnya sebagai sistem dan simbolisasi ritual serta sumber inspirasi hasil pemaknaan hal sakral yang dari masyarakat dan kembali kepada masyarakat itu sendiri. ( Ritzer: 105). 

Serupa dengan gagasan Weber, menurut Durkheim, agama melatari tindakan sosial. Nampaknya, kini, negara sudah sadar akan hal demikian, ditandai dengan banyaknya praktik agama yang mencuat.

Lalu, bagaimana memaksimalkan potensi Indonesia yang unggul dalam hal jumlah penduduk Muslim? Bagaimana Muslim di Indonesia bisa berkontribusi terhadap komitmen bangsa global, yakni SDG's 2030? Kita memahami SDGS'2030 itu berkutat pada tiga hal, yakni kemiskinan, kesenjangan dan lingkungan. 

Bangsa-bangsa di seluruh dunia wajib mendasari dan menyasar upaya-upaya kehidupan umat manusia yang semakin baik. Maka, saya kira, Indonesia sebagai negara Muslim terbesar dapat berkontribusi pada hal perubahan kognitif dan tingkah laku. 

Islam mengajarkan nilai-nilai keteladanan seperti adil, musyawarah, simpati, etos kerja, welas asih, tolong-menolong, ikhlas, tulus, beryukur, sabar, peduli, jujur, rendah hati, toleransi, hingga moderat.  

Agama jelas menempatkan diri sebagai lembaga pembentuk karakter. Inti ajarannya tidak sekadar vertikal berupa penghambaan kepada Yang Maha Kuasa, tetapi juga horizontal, yakni melibatkan diri pada upaya kehidupan yang tentram, harmonis dan seimbang baik kepada sesama manusia maupun alam. 

Realitas alam dan dinamika sosial dimaknai sekaligus disaring dengan nilai-nilai keagamaan sehingga bangsa Indonesia bertingkah laku yang sejalan, bersikap yang selaras dengan tujuan SDG's, Tentu dengan peran pemerintah sebagai regulator dan masyarakat sipil agar sikap ini membudaya, menjadi kebiasaan. Dengan demikian, terjawab sudah pertanyaan Bu Rektor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun