Mohon tunggu...
Herman Wijaya
Herman Wijaya Mohon Tunggu... profesional -

Penulis Lepas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Derita dan Bahagia Penyanyi Lagu Mandarin Rani Setelah Hijrah

23 Mei 2018   05:33 Diperbarui: 23 Mei 2018   11:02 2282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cobaan yang dilalui ternyata tidak berlangsung lama. Lambat laun orang-orang kembali merindukan penampilannya kembali. Sudah banyak yang bisa menerimanya menyanyikan lagu-lagu Mandarin sambil mengenakan hijab. Bahkan di bulan Ramadhan pun ada yang mengundangnya untuk menyanyi lagu Mandarin.

"Banyak yang memahami bahwa sekarang Rani seperti ini, penyanyi lagu Mandarin berhijab. Di Malaysia ada penyanyi bernama Shila Amzah, berhijab dan menjadi idola orang-orang Cina di sana. Kalau di Malaysia saja ada, masa di Indonesia tidak?" tambah Rani.

Setelah kariernya kembali berjalan baik, bisnisnya pun berkembang. Ia bertemu dengan partner bisnis yang baik dan sangat memahaminya. "Aku seolah mendapat petunjuk dari atas, orang-orang yang dulu bersikap jelek mulai disingkirkan, dan partnerku ini walaupun berbeda keyakinan -- mereka Budhis -- ternyata sangat baik. Di sini pun mushollanya dibikin lebih baik," tutur Rani.

Rani dipercaya mengembangkan produk kecantikan kulit. Dia menjabat sebagai Direktur di PT  Internusa Indonesia Internasional,  sebuah perusahaan yang memproduksi dan memasarkan Tosca Sozo, produk kecantikan kulit yang  salah satunya bisa  berfungsi sebagai anti parasite demodex.

"Demodek inilah yang menyebabkan kulit gatal, terasa kasar, berjerawat dan  memperlihatkan penuaan dini. Demodex adalah sejenis kutu yang hidup sebaga parasit di kulit  manusia.  Bisa di  muka, bisa di semua permukaan  kulit yang ditumbuhi rambut, termasuk di bulu mata!" kata Rani.  

Sebagai Direktur dia paham betul dengan seluk beluk bisnis yang dijalaninya. Dia mentreatmen orang-orang yang bekerjasama dengannya. "Banyak ibu rumahtangga yang bergabung, dan mereka memperoleh penghasilan lumayan untuk membantu keluarganya," kata Rani.

Rani betul-betul turun tangan bagaimana mengajari ibu-ibu yang awalnya ibu rumahtangga biasa untuk memasarkan produk. Ia mengajari mereka menulis, memasarkan produk secara online dan membina relasi. Ternyata metodenya berhasil.

Di luar bisnis, hubungan dengan orangtuanya kembali pulih. Rani yang dulu "dibuang" oleh orangtuanya karena pernikahannya dengan Adri Manan tidak disetujui, akhirnya diterima kembali. Lima bulan lalu dia bisa berkumpul kembali dengan orangtuanya, terutama ayahnya, Pepen Supandji, menerima Rani, sampai sang ayah meninggal dunia beberapa hari lalu.

Pernikahan Rani dengan Adri Manan awalnya tidak direstui orang tua Rani hingga mereka memutuskan untuk kawin lari pada tanggal 17 Mei 2001.

Pernikahan ini akhirnya dilegalkan pada tanggal 27 Agustus 2001 di KUA Citeureup, Kabupaten Bogor. Pernikahan resmi ini pun belum mendapat restu dari orang tua Rani. Baru setelah putra pertama mereka lahir, Topaz Malino (lahir 4 Maret 2002) hati orang tua Rani luluh. Selain Topas Malino, mereka pun mendapat dua orang anak lagi, yaitu Kristal Kayana Dewi dan Giwang Kayana Dinar.

"Walau pun cuma lima bulan ayah saya merasa puas. Kerinduannya sudah terobati karena bisa berkumpul dengan anak dan cucunya sampai akhir hayat. Aku pikir ini semua adalah berkah yang Allah berikan setelah aku memutuskan hijrah dan beribadah sebaik mungkin," ujar Rani mengakhiri bincang-bincang di sore itu. (why16661@gmail.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun