Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menerjemahkan Hubungan Pertemanan Lawan Jenis dengan Sewajarnya

2 Maret 2020   00:18 Diperbarui: 2 Maret 2020   00:20 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pixabay 

Saya pernah menghadiri sebuah  acara temu alumni SMA,  dilaksanakan setelah 30 tahun sejak kelulusan.  Ada yang  masih tetap jomblo meskipun sudah ubanan.  Ada yang  sudah punya cucu karena tamat SMA langsung dinikahkan.  Ada pula yang berbagai cerita tentang kehidupan. Bahagia dan mengalami masa depan suram.

Saya tak terlalu konsen melihat meriahnya acara, apalagi usia tua yang  tak lagi bertenaga.  Melihat berbagai bentuk tubuh yang  waktu SMA sangat segar dan menggelora terlihat gemuk bahkan layu setelah 30 tahun tak bersua.

Yang membuat saya miris,  teman-teman memang ada yang  pacaran semasa SMA,  bertemu saat usia sudah tua bahkan sudah berkeluarga seakan menjadi dorongan semangat mereka untuk kembali merenda cinta.  Bahkan sepakat booking hotel untuk menginap bersama sebelum berpisah pulang ke rumah masing-masing.

Saya juga punya teman yang harus rela kehilangan istri pasca temu alumni SMA. Bertemu dengan kekasih lama,  lalu tega meninggalkan keluarga dengan menggugat cerai suami di pengadilan agama.

Fenomena seperti  itu memang sering terjadi.  Ketemu teman sekolah seperti amnesia. Lupa kalau sudah berkeluarga. Sehingga nekad melakukan jalan pintas sebagai cara untuk membangun cinta.

Yang perlu disadari adalah buatlah pertemanan dengan batas yang  wajar. Sebab masa lalu  terkadang menggelincirkan  manusia-manusia yang  lemah iman.  Mereka selalu berharap ada kesempatan untuk melampiaskan nafsu setan.

Kalau saya pribadi tetap  memilih keluarga daripada teman,  apalagi kekasih di masa lalu.  Sebab membangun keluarga penuh perjuangan agar bertahan sampai sekarang.

Apalagi menjaga keutuhan rumah tangga seperti membawa barang berharga yang  mudah pecah.  Tergelincir sedikit saja akan membuat keluarga bubrah.  

Biarlah kita dijauhi teman lama  asal tak dicampakkan oleh keluarga,  sebab komunikasi rumah tangga sangat diperlukan  agar keluarga tetap langgeng sejahtera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun