Mohon tunggu...
Maria Novenia
Maria Novenia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Benang Raja

17 Juli 2017   16:03 Diperbarui: 17 Juli 2017   16:11 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seperti pohon yang kehilangan akarnya, mati. Sepi dan hampa. Separah-parahnya aku berkata-kata kali ini, yang ada hanya awan dan rerumputan; bukan kau dan pengertian (Dexon, 2017). Seperti kata Dexon di atas. Sekarang, tubuhku terdiri dari hampa, sepi, dan mati.

Kau tahu bahwa aku takkan banyak bersuara ketika kau bercerita. Aku tahu bahwa percuma saja menasehati orang yang sedang bertahan pada luka. Percuma. Kalimat-kalimat bijak takkan banyak membantu; cerita-cerita bahagia takkan berhasil menjadi guru. Karena ketika rasamu meragu, tak ada yang bisa merayumu. Lantas, seperti apa kamu menggambarkan kondisimu sekarang? Seperti awan hitam, katamu.

Kau tak usah berpura-pura bahagia di depanku. Aku tahu, ada begitu banyak keluh kesah yang ingin engkau tumpahkan. Aku siap menjadi danau, yang menampung segala keluh kesahmu. Kau hanya perlu membuat dirimu menjadi awan. Kapanpun dan dimanapun, kau bisa menumpahkan beban dan air mata yang sudah tak tertahankan itu. 

Sungguh, aku tahu. Pahit telah memenuhi pelataran hatimu. Ia kembali memancarkan fatamorgana yang menyesakkan dadaku. Wajahmu berpoles ragu. Hatimu terlalu pilu. Sedangkan aku, berusaha untuk tidak menikam jantungku.

Kau tahu rasanya memperjuangkan hal yang berakhir menyakitkan? Seperti judul lagi Ebit G Ade, Elegi Esok Pagi.Elegi yang memenuhi cangkir kopimu pagi ini. Aku hanya berharap, aroma kopi yang kau seduh akan tercium sampai di depan kamarku. Setidaknya aku juga ikut merasakan pahit dan panasnya kopi pagimu.

Ah, aku lupa. mengapa perpisahan ini terlalu melibatkan hati? Aku pikir hanya melibatkan panasnya matahari saja. Jika begitu, lebih baik aku menunggu datangnya kereta dari sudut bumi ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun