Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Betulkah untuk Dukung Ahok, Jokowi Inginkan Pemisahan Politik dan Agama?

29 Maret 2017   18:11 Diperbarui: 29 Maret 2017   18:36 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sambutan Jokowi pada peresmian Tugu Titik Nol Peradaban Islam Nusantara di Kecamatan Barus ,Kabupaten Tapanuli Tengah ,Sumatera Utara ,Jum' at,24 Maret 2017 sampai sekarang masih menjadi perbincangan hangat. Sekurang kurangnya ada 2 komentar besar yang muncul berkaitan dengan sambutan dimaksud.
1).Gagasan Jokowi tersebut ingin menjadikan Indonesia sebagai negara sekuler;
2).Jokowi menginginkan Ahok menang.

Untuk menyegarkan ingatan, kembali dikutip isi ringkas sambutan dimaksud sebagaimana diberitakan Kompas.com.Presiden Joko Widodo meminta semua pihak agar memisahkan persoalan politik dan agama. Menurut Presiden pemisahan tersebut untuk menghindari gesekan antar ummat." Memang gesekan kecil-kecil kita ini karena pilkada, pilgub, pilihan bupati, pilihan walikota ini yang harus kita hindari",ujar Jokowi.

Berkaitan dengan sambutan dimaksud akan dibahas 2 hal :
1)Tentang pemikiran Jokowi yang ingin memisahkan persoalan politik dan agama(sekularisasi).
Pemikiran seperti ini bukan saja muncul mulai sekarang tetapi pemikiran ini juga sudah lama kita kenal. Berkaitan dengan agama Islam juga sudah banyak diskursus yang digelar terutama yang berhubungan dengan kaitan islam dan politik.Ada pendapat yang menyebut sangat erat kaitan antara Islam dan politik. Pendapat ini ingin melihat sejauh mana pengaruh Islam terhadap politik Beberapa partai politik di masa lalu selalu mengusung Islam sebagai "ideologinya " dan ingin mencita-citakan terbentuknya masyarakat yang berdasarkan Islam.

Tetapi pandangan ini bukanlah pandangan tunggal karena ada lagi pendapat yang ingin memisahkan Islam dan politik. Pendapat seperti ini ingin menempatkan Islam pada ranah yang suci dan memisahkannya dengan partai politik yang sangat bersifat duniawi. Menurut pendapat saya Nurcholish  Majid seorang intelektual Islam negeri ini dengan buku terkenalnya "Islam, doktrin dan peradaban" termasuk dalam paham ini sehingga ia mengeluarkan gagasan desaklarisasi parpol islam yang kemudian terkenal dengan jargonnya "Islam Yes, partai Islam No".

Mengingat masih beragamnya pandangan atau pendapat tentang wacana pemisahan persoalan politik dan agama maka gagasan yang dikemukakan Jokowi masih membutuhkan waktu untuk membahasnya dan juga untuk implementasinya. Jadi dalam satu tahun inipun perbincangan tentang hal ini belum akan selesai. Saya juga berniat untuk membahas hal ini pada sebuah artikel khusus.

2).Jokowi menginginkan Ahok menang.
Kalau memang masih butuh waktu untuk membahas gagasan Jokowi  lalu apakah gagasan yang diutarakannya di Barus itu justru untuk memuluskan Ahok?
Kalau dicermati yang dikemukakan Jokowi tentang pemisahan agama dan politik justru untuk menghindari gesekan-gesekan diantara sesama anak bangsa dengan cara tidak menggunakan agama untuk kepentingan politik.

Sesungguhnya penggunaan jargon dan idiom agama dalam politik seperti dalam pemilihan kepala daerah sudah sering dilakukan walaupun magnitudenya tidak sebesar pilgub DKI. Jujur kita akui beberapa peristiwa unjuk rasa yang terjadi di DKI berkaitan dengan Pilgub sungguh membuat kita khawatir tentang keberlangsungan kita sebagai satu bangsa. Jadi saya berpendapat wacana yang dikemukakan Jokowi di Barus muncul semata mata karena kehawatirannya kalau penggunaan isu agama dalam politik selalu digunakan maka hal tersebut akan dapat memecah belah kesatuan bangsa kita. Jadi bukan untuk memenangkan Basuki Tjahaja Purnama.

Salah satu ekses yang kita lihat berkaitan dengan disatukannya masalah politik dan agama ialah beredarnya seruan termasuk di beberapa mesjid di Jakarta agar tidak menyolatkan jenazah pendukung si penista agama. Padahal menyolat jenazah ini hukumnya fardhu kifayah atau merupakan kewajiban komunal umat Islam. Lalu apakah sebahagian umat Islam akan mengabaikan kewajiban komunalnya karena perbedaan pandangan politik.

Karenanya menurut hemat saya gagasan atau himbauan yang dikemukakan Jokowi di Barus lebih tepat dinilai dari posisinya sebagai Kepala Negara yang menginginkan kesatuan negeri ini tetap terjaga dan bukan untuk memuluskan Ahok menuju Balai Kota.

Salam persatuan!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun