Mohon tunggu...
Siti Nur Rahmah
Siti Nur Rahmah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

hobi baca webtoon dan mempelajari hal baru

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Mencari Keseimbangan dalam Pernikahan, antara Teman dan Keluarga

16 April 2024   16:35 Diperbarui: 18 April 2024   20:21 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Kehidupan baru setelah menikah. (Sumber: Pixabay.com/Mohamed Chermiti)

Pernikahan adalah perjalanan yang penuh dengan komitmen, janji, dan tentu saja, perubahan. Namun, dalam dinamika hubungan suami-istri, terkadang terjadi ketidakseimbangan yang mencolok. 

Fenomena di mana suami lebih suka menghabiskan waktu dengan teman-temannya daripada bersama keluarganya menjadi topik yang menarik untuk dieksplorasi. Mari kita telaah lebih dalam.

"Waktu Nongkrong" yang Tak Terbatas

Banyak suami yang masih terjebak dalam kebiasaan nongkrong dengan teman-temannya sampai lupa waktu bahkan lupa mengabari istri di rumah. 

Mungkin bagi sebagian suami, waktu bersama teman-teman adalah momen untuk bersantai dan melepaskan diri dari tekanan sehari-hari. Namun, kadang-kadang hal ini diambil dengan terlalu berlebihan, menyebabkan keluarga terpinggirkan.


Apakah tak terpikirkan bahwa istri juga butuh bersantai dari pekerjaan rumah yang membosankan?

Liburan: Bersama Teman atau Keluarga?

Liburan adalah waktu yang ditunggu-tunggu oleh semua orang, tetapi bagaimana jika sang suami ternyata sudah merencanakan untuk pergi berlibur dengan teman-temannya daripada liburan bersama keluarga atau sekedar pergi makan di luar? 

Ironisnya, ketika istri mengajak liburan, sang suami seringkali menemukan banyak alasan untuk menolak. Bahkan, tidak jarang istri hanya diberi uang dan disuruh untuk pergi berlibur dengan anak-anak mereka sendiri.

Apakah ini tanda bahwa komitmen terhadap keluarga sudah redup? Ataukah hanya masalah prioritas yang salah?

Keterlibatan dalam Pekerjaan Rumah Tangga

Ketika sedang di rumah, banyak suami yang lebih memilih untuk sibuk dengan aneka permainan di gadget mereka daripada membantu istri dalam pekerjaan rumah tangga. 

Padahal membantu pekerjaan rumah tangga adalah salah satu hal yang membuat istri bahagia. Sepertinya para suami lupa bahwa pernikahan adalah tentang berbagi tanggung jawab dan saling membantu satu sama lain, bukan membebankan segalanya pada istri.

Apakah alasan kalian menikahkannya adalah untuk menjadi teman seumur-hidup, atau hanya ingin menjadikannya budak?

Mencari Keseimbangan dalam Pernikahan

Dahulu, alasan kuat ingin menikah adalah untuk hidup bersama selamanya, saling mencintai dalam suka maupun duka, dalam senang maupun susah, dalam sakit ataupun sehat. 

Namun, setelah pernikahan terjalin, terkadang suami seolah lupa akan janji tersebut. Apakah mereka merasa sudah 'mendapatkan' wanita yang diinginkan sehingga tidak perlu lagi berjuang? 

Banyak istri di luar sana ketika sedang kurang sehat, suami bukannya membantu pekerjaan rumah tangga atau sekedar menemani istri di rumah, malah tetap memilih pergi bermain bersama teman-temannya. 

ilustrasi oleh penghasil gambar AI/dok.pri
ilustrasi oleh penghasil gambar AI/dok.pri

Tetapi ketika istri memilih untuk melakukan hal yang sama, suaminya sangat murka hingga kata-kata cerai pun dengan mudahnya keluar dari mulutnya.

Mungkin saatnya bagi para suami untuk mengingat kembali pentingnya komitmen, pengorbanan, dan kesetiaan dalam sebuah pernikahan. 

Mungkin juga saatnya bagi mereka untuk memahami bahwa pernikahan adalah tentang keseimbangan antara waktu bersama teman dan waktu bersama keluarga.

Mempertahankan dan Meraih Kembali: Suatu Keharusan

Memang, mempertahankan sesuatu itu jauh lebih sulit daripada meraihnya. Begitu pula dengan pernikahan. Suami harus menyadari bahwa istri juga butuh waktu untuk dirinya sendiri, bukan hanya untuk mengurus keluarga.

Dan ketika suami merasa bahwa pekerjaannya sebagai pencari nafkah membuatnya lebih capek daripada istri, dia harus ingat bahwa istri juga berjuang di bidangnya masing-masing sebagai ibu rumah tangga. Apa yang dikerjakannya di rumah itu butuh tenaga dan mengeluarkan keringat juga.

Mengenali Nilai Pekerjaan Rumah Tangga

Seringkali, suami tidak menyadari betapa beratnya pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Bahkan sampai terucap kata-kata kasar dari sang suami, seperti: "lu enak di rumah doang ga cape, cuma makan, tidur, makan, tidur, dapet duit dari gua!". 

Mereka hanya melihat bahwa istri 'hanya' di rumah, bisa makan enak, tidur nyaman, lalu mendapatkan uang tiap bulan. Namun sesungguhnya, pekerjaan rumah tangga bukanlah hal yang bisa dilakukan sambil tidur. Itu semua butuh dedikasi, waktu, dan energi.

Kesimpulan

Maka dari itu, mengapa tidak mencoba untuk mencari keseimbangan? Suami bisa tetap menjaga hubungan dengan teman-temannya, tetapi tidak sampai melupakan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. 

Sebagai pasangan, mereka harus saling mendukung dan menghargai satu sama lain, karena itu adalah kunci utama untuk menjaga keharmonisan dalam pernikahan. 

Jangan terlalu mudah mengambil keputusan cerai ketika merasa tidak sepaham lagi, karena segalanya bisa dibicarakan secara terbuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun