SAVE Gambut, SAVE Seluruh Makhluk: Restorasi Gambut Bagaikan "Sebotol Air Minum di Tengah Gurun Pasir"

SAVE Gambut = SAVE Seluruh Makhluk

Restorasi gambut bagaikan sebotol air minum di tengah gurun pasir. Mengapa? Sebab keberadaan lahan gambut menjadi solusi yang paling jitu di tengah segala persoalan perubahan iklim di dunia. Tahukah Anda? Bahwa Indonesia merupakan negara pertama yang menjalankan restorasi gambut secara masif dan memiliki komitmen tinggi untuk menurunkan emisi gas rumah kaca hingga satu giga ton.

Mengapa harus gambut? Sebab gambut merupakan salah satu surga penyimpan karbon dunia. Menurut berita Antaranews oleh pewarta Mentari Dwi Gayati, Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa "United Nations Environment Programme" (UNEP) mengatakan Indonesia ialah negara percontohan bagi dunia dalam upaya restorasi gambut. Berdasarkan keberhasilan Indonesia di mata dunia dalam mengupayakan restorasi gambut. UNEP membnetuk Global Peatland Initiatives (GPI) yang anggotanya ialah negara pemilik hutan dan lahan gambut, seperti Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo, Indonesia, dan Peru.

Di balik berbagai macam persoalan yang ada, Indonesia menjadi negara yang paling memenuhi Perjanjian Paris COP21 dalam menurunkan emisi gas dibandingkan negara lain. Banyak keterbatasan dan belum meluasnya pengetahuan tentang mengenai ekosistem gambut bagi perlindungan iklim dunia. Ini tugas kita!

Pentingnya lahan gambut memiliki pengaruh dalam persoalan perubahan iklim di dunia. Sehingga memantau gambut sama halnya sedang menjaga kehidupan masyarakat tetap senada dengan lingkungan. Komitmen perubahan iklim sebaiknya bukan hanya disepakati dalam Perjanjian Paris namun diupayakan seluruh pihak berkepentingan di dunia. 

Bumiku, Bumimu Juga: Kampanyekan Semangat Restorasi Gambut di Seluruh Dunia

Kampanye pemantauan gambut menjadi nafas segar di tengah kepulan asap kebakaran hutan di Indonesia maupun di negara yang lainnya. Bukan hanya perlu dikampanyekan untuk masyarakat Indonesia tapi juga dunia. Setelah pengakuan dari PBB, pemantauan gambut bisa lebih dikembangkan menjadi berbagai macam organisasi atau NGO. Dilansir dari Pantaugambut.id, Menteri Agraria dan Tata Ruang juga sudah melarang adanya alih fungsi lahan gambut untuk izin usaha dan perkebunan.

Setidaknya sudah ada langkah berikutnya setelah mendapat perhatian khusus dari PBB dalam merestorasi lahan gambut. Pertemuan mitra GPI kedua ini dihadiri perwakilan Republik Kongo, Republik Demokratik Kongo dan Peru, beserta lembaga UN, lembaga donor, perwakilan perguruan tinggi dan berbagai masyarakat sipil di beberapa negara. Pertemuan ini merupakan upaya pemutakhiran basis data lahan gambut secara global dan mengkompilasi pengalaman pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan dan membahas strategi restorasi gambut.

Sebenarnya apa yang dimaksud dengan lahan gambut? Lahan gambut merupakan bentang lahan yang tersusun oleh tanah hasil dekomposisi tidak sempurna dari vegetasi pepohonan yang tergenang air sehingga kondisinya anaerobik. Menurut Risnandar dan Fahmi (2006), material organik tersebut terus menumpuk dalam waktu lama sehingga membentuk lapisan dengan ketebalan lebih dari 50 cm. Gambut banyak dijumpai di daerah-daerah jenuh air seperti rawa, cekungan, atau daerah pantai.

https://www.infonawacita.com

Lahan gambut biasanya berupa hutan dan menjadi pusat hidup habitat tumbuhan dan satwa langka. Menurut Wihardandi (2013) hutan gambut memiliki kekuatan dasyat menyimpan karbon yang jumlahnya sangat besar. Karbon yang tersimpan dimulai dari permukaan sampai ke dalam dalam tanah, bahkan sampai lebih dari 10 meter.

Bukan hanya itu, mengapa penting merestorasi gambut? Sebab tanah gambut mampu menyimpan air sampai 13 kali dari bobotnya. Peranannya begitu penting dalamhal hidrologi, seperti mengendalikan banjir ketika musim penghujan dan mengeluarkan cadangan air ketika kemarau panjang. Satu hal yang perlu menjadi warningbagi setiap bangsa yang memiliki lahan gambut, bahwa kerusakan pada lahan gambut dapat menjadi bencana bagi daerah sekitarnya.