Mohon tunggu...
Kohar Suwandi
Kohar Suwandi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Belajar untuk menulis, menulis untuk belajar.\r\nhttp://ayahbos.blogspot.com \r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Haruskah Memilih

5 April 2014   01:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:04 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada hari Rabu ini, tanggal 9 April bangsa Indonesia yang sudah memiliki hak pilih dalam Pemilu sebagaimana ditetapkan oleh Undang-undang akan melaksanakan Pemilu Legislatif. Namun keriuhan yang terasa sekarang ini justru pada isu sosok calon Presiden yang akan bertarung dalam Pemilu Presiden yang akan dilaksanakan sesudah Pileg. Pembicaraan tentang sosok anggota legislatif yang ikut maju nanti kalah ramai dengan perbincangan soal calon Presiden.

Bahkan mungkin masih banyak yang belum menentukan pilihan siapa sesungguhnya anggota legislatif yang akan dipilih di hari pencoblosan itu nanti padahal Pileg itu sendiri tinggal menghitung hari. Atau mungkin saja masih banyak yang tak peduli dengan urusan pemilihan anggota legislatif kali ini karena berbagai alasan.

Minimnya informasi dan sosialisasi dari pihak yang berkepentingan dengan penyelenggaraan Pemilu ini boleh jadi adalah salah satu sebab mengapa pelaksanaan Pemilu tak mampu menumbuhkan minat masyarakat untuk aktif mendukung Pemilu. Pemilu dianggap sebagai pekerjaan rutin pemerintah belaka dan masyarakat tak ikut serta di dalamnya kecuali datang sebagai peserta pemilih pada hari pelaksanaan Pemilu di TPS.

Maraknya korupsi, penyalah gunaan wewenang dan kekuasaan serta berbagai penyimpangan lainnya oleh pemerintah hasil Pemilu ke Pemilu makin menebalkan keyakinan sebagian dari masyarakat kita bahwa dengan atau tanpa ikut Pemilu pun tak akan mengubah keadaan yang ada. Masyarakat itu cenderung berpikir ringkas dan menarik kesimpulan cepat dengan melihat dan merasakan apa yang mereka alami sehari-hari.

Bagi sebagian masyarakat, politik bukanlah dunia mereka akan tetapi dunia orang-orang yang pintar ber politik bahkan dunia yang dianggap kotor dan diisi oleh orang-orang yang cakap bermain kotor. Pada waktu yang bersamaan masyarakat merasa sudah demikian sibuk dengan urusan pemenuhan kebutuhan ekonomi mereka sehari-hari sehingga tak ada cukup waktu dan kemampuan untuk ikut dalam urusan politik.

Stigma negatif tentang politik yang sudah tertanam sejak lama ini makin menjauhkan partisipasi masyarakat dalam menghadapi persoalan bangsa yang lebih luas. Mereka cenderung pasif, acuh dan bahkan putus asa dan menganggap bahwa menyelesaikan persoalan mereka sendiri jauh lebih penting dari pada soal lain yang di luar kemampuan mereka. Ini jelas terlihat dari pergeseran perilaku masyarakat yang cenderung kurang peduli dengan kepentingan orang lain.

Hal ini tentu memprihatinkan sekali dan bila dikaitkan dengan pelaksanaan Pemilu tahun ini maka masyarakat pemilih sesungguhnya dapat mengambil peran penting untuk ikut memperbaiki kondisi yang kurang baik selama ini menjadi lebih baik lagi. Pemerintah seharusnya dapat meningkatkan lagi perannya dalam rangka mengajak masyarakat untuk berpartisipasi secara penuh sebagai pemilih dengan melakukan sosialisasi secara terus menerus tidak saja pada saat Pemilu sudah di ambang pintu pelaksanaannya sekarang ini.

Tentu politik tidak selamanya kotor, kebijakan politik yang dilaksanakan dengan niat dan cara yang baik tentu akan menghasilkan manfaat yang baik pula bagi masyarakat.

Contoh paling mudah yang dapat di kemukakan di sini adalah fakta terpilihnya Jokowi dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta melalui Pilkada beberapa saat lalu. Terpilih nya mereka berdua telah membawa pengaruh yang luar biasa tidak saja bagi DKI Jakarta bahkan dirasakan di seluruh wilayah Indonesia. Gebrakan Jokowi-Ahok di Ibukota mengakibatkan semangat warga masyarakat kembali membuncah karena masyarakat seolah di sadarkan bahwa ternyata masih ada pemimpin yang peduli dan mau mendengar dan menyelesaikan persoalan mereka.

Keputusan cerdas sebagian besar warga Jakarta pada saat itu dengan memilih Jokowi dan Ahok sebagai pemimpin mereka telah membuat efek domino bagi wilayah lain yaitu dengan munculnya tokoh-tokoh muda yang mengikuti jejak Jokowi dan Ahok di wilayah masing-masing.

Tokoh muda yang terdidik dan memiliki kompetensi tapi kurang memiliki keberanian untuk maju sebagai pemimpin sekarang sudah mulai muncul satu persatu dan  secara mengejutkan ternyata mereka berhasil. Dan hal ini bermula dari peran kita warga negara sebagai pemilih pada saat Pilkada atau Pemilu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun