Mohon tunggu...
Lisa Epriani
Lisa Epriani Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Emak Cerdas untuk Anak Cerdas

4 September 2016   22:30 Diperbarui: 4 September 2016   22:53 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Buat apa sekolah tinggi-tinggi toh larinya ke dapur juga". Pernyataan ini sering kali dilontarkan oleh seseorang ketika melihat teman yang ternyata pekerjaannya  sama, meski tingkat pendidikan berbeda. Pekerjaan yang dimaksud adalah ibu rumah tangga yang setiap harinya mengurus pekerjaan rumah dari gelap sampai gelap, semua jabatan dirangkap mulai dari manajer keuangan, produksi, personalia dan marketing bahkan merangkap dokter serta psikolog pribadi dengan gaji tak tetap dari suami.

Urusan pro dan kontra memang tak ada habisnya pada masyarakat kita, setiap orang mempunyai pembenarannya dan pilihannya masing-masing termasuk masalah pilihan apa seorang ibu setelah menikah. Tetap bekerja atau totalitas di rumah, memberi ASI atau susu formula, vaksin atau tidak vaksin, mpasi rumahan atau instan, bedong atau tidak bedong, bahkan urusan pakai stagen atau tidak setelah melahirkan. Begitu kompleks dan menarik dibahas.

Tanpa memandang sebelah mata ibu yang tidak pernah mendapat kesempatan untuk sekolah tinggi saya mencoba menulis sedikit hasil pengamatan pada ibu-ibu rumah tangga yang berkesempatan sekolah lebih tinggi dengan yang tidak.

Label yang disematkan kepada ibu-ibu yang percuma sekolah tinggi tapi lari ke dapur adalah lucu menurut saya. Pendidikan tinggi bukan semata-mata untuk karier dan mengejar jabatan tinggi di sebuah perusahaan. Bagaimanapun juga dari seorang ibu akan diamanahi anak-anak yang menjadi tanggung jawab penuh dalam membentuk pemikiran, psikologi anaknya. 

Seorang ibu yang bersekolah tinggi tentu akan lebih bisa mencari informasi yang lebih baik melalui buku, internet yang menjadikan ibu tersebut terdepan dalam mendapatkan informasi, tidak gaptek atau mengikuti apapun yang dianjurkan orang, tapi ibu yang cerdas selalu mencari tahu apapun berdasarkan ilmu dan bukan sekedar turun menurun sesuai kebudayaan orang tua. Karena setiap anak terlahir dan tumbuh dengan hasil didikan berdasarkan zamannya.

Emak cerdas untuk anak cerdas, karena pola asuhnya pasti akan berbeda. Anak-anak akan menjadi pribadi yang mandiri bukan hanya semata pintar karena nilai tinggi di sekolah tapi juga akan menyikapi sekolah sebagai bagian dari proses hidup anak-anak yang semestinya, karena sebenarnya pendidikan dasar itu tanggung jawab seorang ibu.

Emak cerdas untuk anak cerdas, bukan sebatas ibu yang bicara tanpa isi sambil kumpul-kumpul dengan ibu lain saat bel pulang sekolah berbunyi, bukan ibu yang meluncurkan sumpah serapah kepada anak di depan khalayak ramai dan bukan ibu yang hari ini membicarakaan A di depan kita dan besok pasti membicarakan kita di depan A, seperti memakan bangkai teman sendiri.

Jadilah emak cerdas untuk anak cerdas, karena tak ada yang sia-sia dari pendidikan tinggi. Maaf tak bermaksud memojokkan suatu pihak karena setiap orang punya pilihan dalam hidupnya dan selalu ada pertanggungjawaban dibaliknya. Anakmu adalah tanggung jawabmu dan begitupula dengan anakku.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun