Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ramadan, Saatnya Latih Kesabaran

11 Juni 2017   06:10 Diperbarui: 11 Juni 2017   23:28 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mama saya wanita yang kreatif. Hobinya membuat dan mendesain baju. Bukan untuk kepentingan bisnis, melainkan untuk kesenangan pribadi dan untuk menyenangkan hati orang lain. Selain itu, Mama juga menyalurkan kreativitasnya di bidang kuliner melalui eksperimen resep-resep masakan yang semuanya lezat dan spektakuler. Atau ketika keluarga kami makan di restoran, dan Mama ingin mencoba bereksperimen dengan jenis makanan yang kami coba di restoran itu.

Teman berbelanja dan berjalan-jalan yang asyik menurut Mama adalah saya. Saya sering menemani Mama berbelanja untuk membeli barang-barang yang berkaitan dengan kedua hobinya itu. Terlebih setelah Mama berhenti sebagai wanita karier dua tahun lalu, beliau lebih leluasa menyalurkan hobinya.

Apa alasan Mama menganggap saya sebagai teman berbelanja dan berjalan-jalan yang asyik?

“Maurinta itu buku hidupku. Aku mudah lupa, dan anakku ini selalu mengingatkanku. Entah itu soal rute perjalanan dan barang-barang yang akan kubeli. Ingatannya kuat, dia cerdas. Anakku ini sangat hebat.” Begitu selalu kata Mama pada teman-temannya.

Benarkah? Rasanya saya tidak sehebat itu. Saya hanya kebetulan saja mengingat rute perjalanan yang kami tempuh dan beberapa hal lain yang Mama butuhkan. Bisa saja saya lupa, kan?

Kembali soal hobi, bulan Ramadan tidak menghalangi Mama saya untuk melakukan hobinya. Maka, beberapa hari lalu saya menemani Mama berbelanja beberapa barang yang dibutuhkannya. Kami menyusuri pusat pertokoan di tengah Kota Bandung, memilih dan membeli barang-barang yang diperlukan.

Lama sekali Mama menghabiskan waktu tiap kali membeli satu macam barang. Tak mengapa saya menunggu. Waktu menunggu itu saya habiskan dengan berdoa, berzikir, dan memperhatikan hal-hal di sekeliling saya. Saya tidak seperti kebanyakan orang yang melewatkan waktu menunggu sambil bermain gadget. Jika saya sedang bersama orang-orang yang saya sayangi dan cintai, saya tidak akan mengaktifkan gadget. Seluruh waktu saya total tercurah untuk mereka. Saya tidak akan membaginya dengan hal lain. Bagi saya, waktu bersama orang-orang yang dicintai tak ternilai harganya.

Toko demi toko dikunjungi. Beberapa barang telah didapatkan, namun masih ada lagi yang Mama cari. Satu lagi kasus yang harus dihadapi. Mama lupa letak toko tempatnya membeli barang yang dicarinya beberapa bulan lalu. Saya tidak ikut saat Mama ke sana beberapa bulan lalu. Kalau rute dari rumah menuju pusat pertokoan itu saya ingat, tapi untuk letak toko yang dimaksud saya tidak tahu. Sebab Mama pergi ke sana tanpa mengajak saya waktu itu. Alhasil kami mengitari tempat itu sebelum akhirnya Mama mengingat toko yang dimaksud.

Sepanjang hari saya habiskan untuk menemani Mama. Kami baru tiba di rumah tiga jam menjelang waktu berbuka. Meski lelah, saya senang. Saya sama sekali tidak marah, kesal, atau bosan. Justru saya senang bisa memberikan waktu untuk salah satu orang yang saya cintai. Kelak saya ingin memberikan waktu juga untuk orang-orang lainnya yang saya cintai.

Apa pelajaran yang bisa diambil dari pengalaman di atas? Kesabaran. Bertepatan dengan Ramadan sebagai Syahrul Shabr atau bulan kesabaran, baik sekali bagi kita untuk meningkatkan kesabaran.

Sabar tidak hanya diaplikasikan saat menghadapi cobaan. Melainkan sabar dalam ketaatan, sabar menahan godaan, sabar menahan emosi, dan sabar mendengar hinaan orang lain. Jika kita bersabar, maka iman akan ditingkatkan. Tuhan ingin menguji, seberapa besar tingkat keimanan dan kesabaran kita lewat bermacam cobaan-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun