Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Tulang Rusuk Malaikat] Ketegangan Dua Komisaris Utama

30 Oktober 2018   06:00 Diperbarui: 30 Oktober 2018   05:59 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak kecil, Calvin dekat dengan ayahnya. Tuan Effendi lebih dari sekedar ayah. Beliau sahabat, orang tua, pendidik, dan Imam yang baik. Tak heran Calvin lebih nyaman dirawat Tuan Effendi saat sakit.

"Sakit? Anak itu sakit dan butuh kamu?" Deddy tertawa sinis. Dijajarinya langkah Abi Assegaf.

"Iya. Sudahlah, Deddy...Sasmita. Kalian tak mengerti." sergah Abi Assegaf.

Sasmita menahan tangan Abi Assegaf saat akan membuka pintu mobil. "Kau lebih percaya anak muda itu dibandingkan teman-teman lamamu? Assegaf, bahkan dia pernah masuk penjara!"

"Aku tak peduli!" Abi Assegaf yang biasanya lembut dan sabar, berteriak di depan wajah Sasmita.

Peduli? Ya, Calvin peduli pada pasien-pasien miskin itu. Hampir tiap hari ia datangi mereka di bangsal kelas tiga. Mendengarkan curahan hati, keluh kesah, dan tangis kesedihan mereka. Memberi mereka makanan enak dan pakaian bagus. Melunasi biaya rumah sakit yang mencekik. Pagi ini, Tuan Effendi menyempatkan diri menemani anak semata wayangnya menebar kasih.

Lihatlah pemuda berkacamata itu. Setiba di sal kelas tiga, beberapa pasien anak bertubuh kumal berebutan memeluknya. Sepasang pasien paruh baya tersenyum lebar memperlihatkan gigi ompong mereka. Beberapa pasien muda langsung membanjirinya dengan kesah dan cerita. Calvin begitu dicintai di sini.

"Aku mencintai Adica seperti aku mencintai Syifa." tandas Abi Assegaf.

Deddy bertolak pinggang. Sasmita melotot. Pikir mereka, Abi Assegaf telah terbutakan cinta.

"Kau mencintai anak yang salah."

Tidak, Calvin sama sekali tak menganggap ini kesalahan. Memperhatikan dan mengasihi pasien miskin di bangsal kelas tiga justru sebuah kemuliaan. Melunasi biaya rumah sakit mereka masuk list agenda filantropi malaikat tampan bermata sipit itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun