Serasa terngiang peristiwa setahun silam, takkan pernah terlupakan sebuah kata "Perubahan" indah namun menyakitkan, tak sepantasnya memperlukkan sebuah kebijakan hanya karena kepentingan personal, dangkal dalam berurat fikir tanpa ada pertimbangan apapun kecuali " Libido Kekuasaan ".
Kita hanya diam dan melakukan pembiaran belaka, atas kesewenang-wenangan dan ketidak fahaman dalam pengelolaan kecuali angka yang digelapkan dengan segala cara, menyingkarkan orang-orang yang tak sefaham dengannya, seungguh teramat picik segala tingkah dan pola mempertahankan dan mempermainkan anggaran.
Kita hanya diam melihat keangkaramurkaan kekuasaan, namun kau salah besar ketika mengesarkannya, salah kalau fikir kita akan diam seribu basa menikmati permainan libidomu, tanpa pernah kau tahu dan mungkin tak mau tahu, kita diam tetap menulis penuh keindahan, takkan mati walau tanpa kau sentuh, takkan pudar walau takkan kau sapa.
Dalam diam kita selalu berkarya nyata, mencetak tunas bangsa yang beradab punya etika dan tata krama, tidak kau yang berlibido haus pada kenyamanan isi perut belaka, yang senantiasa menjejali dengan etika buruk dan teriakan bawahan yang selalu tak beretika
Lihatlah "Narasi Hati Kita" sebuah goresan pena dari orang-orang yang kau aniayah, dalam diam kita berteriak syahdu, berbasa mendayu, tak pernah menari diatas angka-angka setan yang kau ciptakan dan puja-puja pagi siang malam, kelak kau akan terasa dengan bahasa yang kau pinta " Tak ada teman yang abadi yang ada kepentingan yang abadi".