Mohon tunggu...
Sanad
Sanad Mohon Tunggu... Mahasiswa/Pelajar -

Penulis Cerita Pendek

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menendang Mimpi ke Tempat Sampah

24 April 2017   16:58 Diperbarui: 25 April 2017   05:00 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: http://2.bp.blogspot.com

Malam  Pertama.

"Kau ingin apa Dinda?" lamat - lamat suara itu menggema lewat dinding hitam kamarnya. 

"Apa yang aku inginkan?" Dinda menerawang dalam gelap dinding kamarnya, mencari asal suara yang mengganggunya beberapa malam ini. 

"Tentu!" 

"Aku ingin jadi Kartini, bolehkan!" 

"...." Tak ada balasan hanya suara hembusan lembut angin yang mendesir, seumpama nafas yang keluar dari hidung raksasa, ia dapat mendengar jelas dan membayangkan sosok yang berbicara setengah sadar dengannya. 

"Hallo?" Dinda sedikit terganggu ketika suara gamang  itu  tidak menyahut permintaannya, "Apa  ada  orang  disini?" 

~~~~

Tidak  seperti  biasanya  Dinda  berdandan  seperti  itu,  pikir  salah  satu  teman  serumahnya,  ketika  pagi  dengan  wajah  berseri  -  seri  Dinda  keluar  kamar  dengan  mengenakan  kebaya,  juga  dengan  rambut  yang  disanggul.  Tak  banyak  komentar  yang  terpercik  dari  bibir  kawan  -  kawannya,  kecuali  semacam  tanda  tanya  dengan  gaung  yang  luar  biasa  bergetar  dipikiran  mereka,  "Perempuan  ini  sudah  sinting!"  sambut  salah  satu  penghuni  rumah  itu  menyambangi  tempat  duduk  diruang  tamu,  Dinda  hanya  tertawa,  sedikit  terbahak,  batuk  dan  tawanya  menggambarkan  wataknya  yang  tidak  berwarna,  juga  melukiskan  kemiskinan  yang  mengakar  ditubuhnya. 

Malam  Kedua.

"Apa  yang  kau  inginkan  Dinda?"  suara  itu  terdengar  lebih  dekat  dari  malam  -  malam  sebelumnya,  seperti  sedang  berbisik  dengan  deru  hembus  nafas  yang  meronta  -  ronta  ditelinganya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun