Mohon tunggu...
de Gegan
de Gegan Mohon Tunggu... Petani - LAbuan Bajo | Petani Rempah
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis apa saja dari kampung. Agar dibaca oleh orang orang kampung lainnya, yang kebetulan berada di kota atau di sebelah lingkaran bumi ini.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Inilah Pesan Plato dan Aristoteles untuk Kita Usai Pilpres ini

28 Juni 2019   12:40 Diperbarui: 28 Juni 2019   13:58 1134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan kata lain, keluarga adalah usaha menjamin untuk survival sedangkan bergabung dalam suatu komunitas politis adalah usaha untuk hidup yang lebih baik atau mencapai kebahagiaan sebagai telos dari eksistensi manusia. Mungkinkah suatu kesetaraan politik terjamin ketika orang berangkat dari kondisi ekonomi yang berbeda? Menyerahkan urusan ekonomi kepada masing-masing keluarga merupakan kritikan bagi Aristoteles.

Terlepas dari menyampingkan urusan ekonomi, Aristoteles telah meyakinkan kita bahwa ruang publik adalah suatu ruang terbuka untuk deliberasi publik. Dalam hidup bersama, kita bebas berkumpul, berdiskusi, menyampaikan pendapat, dan memberikan penilaian. DKI Memilih Di tengah kegalauan kita menilai visi dan misi cagub/cawagub DKI Jakarta, tentu pemikiran kedua filsuf ini sekurang-kurangnya telah memberikan jalan pencerahan.

Bahwa dalam demokrasi modern, kita perlu memperhatikan dua aspek tersebut. Kesejahteraan semua rakyat secara ekonomi harus diperhatikan yang seirama dengan membuka kanal-kanal komunikasi antarwarga dalam komunitas politik. Keduanya harus berjalan bergandengan tangan. Komunitas politik yang deliberatif tidak mungkin tercapai tanpa suatu kesetaraan kesejahteraan ekonomi.

Orang tidak mungkin berbicara politik ketika perutnya masih lapar. Sebaliknya, mendorong ketahanan pangan atau kesejahteraan ekonomi seraya membungkam komunikasi publik tidak dikehendaki juga. Itu bukti pemerintahan yang otoriter.

Akan tetapi, kekhawatiran Aristoteles perlu dipertimbangkan. Ketika ekonomi menjadi bagian dari pembicaraan politik, hakikat politik yakni kesetaraan dapat ternodai. Sebab ekonomi ditandai oleh relasi instrumental, atas-bawah, tak ada kesetaraan. Sulit bagi seorang pebisnis mengebawahkan profit dari nilai-nilai dan kepentingan bersama.

Tawar menawar bisa terjadi antara pebisnis dan penguasa. Pemerintah bisa melelangkan nilai-nilai kepada pebisnis demi kepentingan pribadinya. Di sinilah keberadaan hukum yang solid diperlukan.


Dengan demikian, memperhatikan figur dan gagasan ketiga calon gubernur/wakil gubernur ini, kita dapat mempertimbangkan manakah pasangan yang mampu membawa tidak hanya pemerataan ekonomi, tetapi juga memberikan ruang bagi deliberasi publik dan mendorong penegakan hukum dan mana pasangan yang berpotensi jatuh pada penekanan sektor-sektor tertentu saja untuk mengintervensi.

Publik pasti lebih cerdas melihat, Plato dan Ariestotes sudah menyumbangkan konsepnya. Semoga kita semua hidup dalam kebersamaan dan penuh kedamaian sesuai dengan diktum kedua filsuf besar ini. Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun