Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Laboratorium Senjata Biologis Pemusnah Massal Itu Benar-benar Ada

26 Maret 2020   10:56 Diperbarui: 26 Maret 2020   11:14 4050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Boombastis.com

Pandemi Covid-19 mulai mencari kambing hitam, tidak main-main dua negara raksasa sekarang sedang menghadapi jari-jari yang mengarah.

Memang bukan namanya Manusia, jika tidak mencari tahu sebab masalah. Menuduh dapat menenangkan hati yang sedang berperang, meskipun pada akhirnya hanya akan menjadi sebuah sejarah yang kelam.

Namun jika salah satu dari kedua tuduhan ternyata benar, maka pikiran akan mengarah ke satu kata yang mengerikan: "Senjata Biologis Pemusnah Massal."

Asal Mula Senjata Biologis

Diyakini pertama kali terjadi pada perang Troya (126---1180 SM). Epos Iliad karya Homer mendeskripsikan pasukan Yunani yang dipimpin Raja Sparta Menelaus menggunakan anak panah dan tombak yang dilumuri bisa ular. Detail dalam karya Homer ini menjadi penanda awal penggunaan racun dalam peperangan.

Mengutip Albert J. Mourini dalam bukunya "Chemical and Biological Welfare: A reference Handbook", sejarah penggunaan senjata biologis terbagi pada dua periode:


Pertama, sebelum abad ke-20 dimana metode lazimnya adalah meracuni makanan dan air dengan racun biologis (hewan, tanaman busuk). Periode kedua adalah abad-20 yang menggunakan agen biologis yang lebih canggih, seperti Anthrax, Brucella (dari jenis bakteri),  cacar, hemoragis (dari jenis virus), dan botulium, ricin (dari jenis racun).

Pada abad pertengahan (Abad ke-5 hingga ke-15), selain melumuri senjata dengan racun, tren penggunaan senjata biologis yang paling populer adalah menyebar wabah penyakit melalui mayat atau bangkai yang membusuk.

Seperti yang dilakukan oleh pasukan Mongol (abad ke-13), pasukan Tartar (abad ke-14) dan pasukan Inggris (1340) kala mengepung kota Thun-l'vque di awal Perang 100 Tahun.

Diabad ke-20, penggunaan senjata biologis menjadi lebih berkurang seiring dengan semakin berkembangnya persenjataan perang. Namun demikian sejumlah negara tetap memiliki sejarah kelam atas penggunaan senjata biologis.

Era Perang Dunia

Di era modern, Jerman menjadi negara terdepan dalam studi bakteriologi dan memulai penggunaan senjata biologis antara tahun 1915 -- 1917 yang dilancarkan di Argentina, Rumania, Skandinavia, Spanyol, dan Amerika. Tujuannya untuk menganggu suplai hewan ternak bagi musuh dan menginfeksi kuda dan keledai militer.

Pada tahun 1944, para ilmuwan di Jerman meneliti berbagai jenis nyamuk yang dapat hidup cukup lama untuk dilepas ke wilayah musuh Jerman. Pada akhir uji coba, direktur lembaga ini merekomendasikan nyamuk jenis anopheles, genus terkenal karena kemampuannya menularkan malaria ke manusia.

Namun demikian, karena Jerman menandatangani protokol Jenewa 1925, Adolf Hitler secara resmi menyatakan mengesampingkan penggunaan biologis dan Kimia selama Perang Dunia ke-II. Penelitian ini tetap berlanjut dengan penuh kerahasaiaan.

Sampai dengan Perang Dunia II, Anthrax menjadi yang paling sering digunakan. Demikian pula dengan uji coba yang dilakukan oleh Inggris yang memproduksi kue-kue dengan kandungan Anthrax. Tujuannya adalah mempersiapkan langkah balasan jika Jerman menginvasi Inggris.  

Unit 731 Jepang

Ditengah-tengah berkecamuknya Perang Pasifik, Jepang mengambil langkah yang lebih maju dengan mengembangkan bom yang mengandung bakteri Anthrax. Konon Jepang memanfaatkan sejumlah hewan dan tawanan perang sebagai kelinci percobaan.

Unit 731 (Nana-San-Ichi-Butai) yang awalnya bernama Boeki Kyusuibu (Unit Pencegahan Epidemi dan Pemurnian Air) adalah merupakan fakta pertama dalam sejarah kemanusiaan terhadap adanya laboratorium pengembangan senjata biologis yang terorganisir

Unit ini dipimpin oleh Shiri Ishii, seorang dokter militer Jepang yang sangat ambisius. Proyek ini bahkan didukung oleh kekaisaran dan melakukan riset di fasilitas besar yang berpusat di Manchuria dan juga beberapa stasiun penelitian lainnya di China, Singapura, Thailand dan Indonesia.

Era Modern

Usai Perang Dunia ke-II, pengembangan senjata biologis lebih banyak dikuasai oleh negara pemenang dan bergulir dibawah bayang-bayang pengembangan nuklir.

Fakta bahwa senjata biologis juga merupakan ancaman yang mengerikan membuat Inggris dan Uni Soviet menghelat Konvensi Senjata Biologis pada 10 April 1972.

Sebagai perjanjian multilateral pertama untuk menghentikan produksi dan pelarangan penggunaan senjata biologis, konvensi ini diikuti oleh 183 negara PBB. Sayangnya hanya 109 negara yang menanda tangani perjanjian dan hanya 22 diantaranya yang meratifikasi.

Hingga sekarang penggunaan senjata biologis tidak pernah sirna. Perang kemerdekaan Zimbabwe (1964-1979) menggunakan bakteri kolera, berlanjut ke Perang Teluk (1990-1991), lalu serangan terorisme (serangan anthrax) atas Amerika Serikat pada September - Oktober 2001, dan juga tuduhan kepada Russia, Irak, dan lainnya atas penggunaan senjata ini.

Sampai sekarang dipercayai masih banyak negara didunia mengembangkan senjata biologis pemusnah massal secara rahasia dibawah payung inteligen yang mengatasnamakan National Security.

Jika memang virus Corona adalah bagian dari pengembangan senjata biologis, maka akan susah untuk mendapatkan pengakuan tulus dari negara yang mengembangkannya. Dianggap sebagai senjata yang ampuh untuk melumpuhkan musuh, namun pada akhirnya menjadi kejahatan kemanusiaan yang terbesar.

Semoga virus Corona bukanlah bagian dari pengembangan senjata pemusnah massal ini. Jika iya, maka ini adalah kesalahan manusia terbesar yang pernah dibuat. Semoga manusia sadar bahwa ego, keserakahan, dan harga diri adalah senjata pemusnah massal yang paling mengerikan dari senjata apapun di dunia ini.

Sumber;

satu. dua, tiga, empat

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun