Hidup berdampingan dengan sungai Boyong harus hafal dengan perilakunya. Terkadang sungai itu membawa berkah tetapi tidak jarang mengakibatkan musibah jika tidak pandai-pandai mengenal karakter sungai.
Usai acara penyambutan. Peserta yang datang dari beberapa negara Asia seperti dari Malaysia, Philipina, Korea, Thailand, India dan Indonesia mendapat slayer untuk dipakai jadi ikat kepala. Tidak sedikit peserta yang bingung cara memakainya sehingga harus dibantu panitia.Â
Sementara yang lain menikmati makan siang khas desa sederhana. Sayur oseng, mie, ikan asin , racikan telur dadar dan kerupuk. Warga tidak ketinggalan ikut makan bersama. Siang itu suasana menjadi terasa akrab dengan kebersamaan walau berbeda budaya dan bahasa.Â
Tidak ketinggalan lambang negara, Garuda Pancasila ikut diarak sebagai lambang kesatuan, persatuan warga desa, warga desa tetangga dan peserta Asian Youth Day. Semua perbedaan lebur jadi satu dalam kebersamaan.
Dibelakangnya, ibu-ibu dusun Glondong menembangkan lagu-lagu kepedulian lingkungan untuk menjaga sungai Boyong, menjaga dusun Glondong dan menjaga persaudaraan. Selama arak-arakan yang mengelilingi desa. Ada tembang Ngrekso Deso, Kuwi opo Kuwi, Ijo-Ijo dan Srunthulan. Yang terakhir ini sarat pesan dan kritikan.
Ono urang ndelik sor watu
(ada udang sembunyi di balik batu)
Yo berjuang koyo mbah Ranu,
(mari berjuang seperti mbah Ranu)
Aku omong kali Boyong ojo dicolong
(Aku bilang kali Boyong jangan dicuri)
Kali asat ra ono kedhunge
(Sungai susut tidak ada sumber airnya)
Ojo sambat garing bumine
(Jangan mengeluh bumi kekeringan)
Aku omong kali Boyong ojo dicolong(Aku bilang kali Boyong jangan dicuri)
Gunungan terbuat dari hasil bumi seperti kacang panjang, terong, cabe, buncis, timun, gambas, worter. Berjalan dibelakangnya kemudian diikuti ogoh-ogoh berbentuk ular yang panjangnya 30 meter. Di angkat oleh sebagian peserta Asian Youth Day dan diarak keliling desa untuk nantinya dibakar di sungai Boyong. Sementara gunungannya akan diperebutkan warga.
Namun manakala sungai mendapat kiriman lahar dingin dari gunung Merapi. Semuanya berubah. Sungai penuh dengan batu besar, pasir dan lumpur yang sangat lekat karena tercampur abu.
Dan acara inti Merti Kali Boyong sesungguhnya baru akan berlangsung.Â