Mohon tunggu...
F. I. Agung Prasetyo
F. I. Agung Prasetyo Mohon Tunggu... Ilustrator - Desainer Grafis dan Ilustrator

Cowok Deskomviser yang akan menggunakan Kompasiana untuk nulis dan ngedumel...

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bumbu Nagih: Proses Bersih, Rasa Sahih

29 November 2018   06:38 Diperbarui: 2 Desember 2018   01:56 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto kentang goreng dan logo baru Bumbu Nagih yang akan digunakan untuk kemasan produk berikutnya. sumber: kolase penulis dan foto dari freeimages.com/ramzi hashisho

Namanya Bumbu Nagih. Tagline-nya: Bumbu Kaya Rasa. Ada cerita juga di balik merek atau brand ini. Dan kemungkinannya belum banyak yang kenal dengan produk Bumbu Nagih ini, maka artikel ini bisa jadi sebagai perkenalan pertama ^_^

Adalah Maria Utami perantauan dari Waru - Sidoarjo yang saat ini berdomisili di Kota Bogor yang berada di balik produk Bumbu Nagih ini. Ada sedikit keprihatinan tentang bagaimana remaja (terutama perempuan) milenial enggan atau malas untuk memasak disebabkan beragam bumbu yang harus disiapkan untuk membuat satu masakan.

Belum lagi poin keharusan lain: 'kesempurnaan' dalam citarasa masakan membutuhkan jam terbang yang tinggi, supaya komposisi rasa dari bumbu dan bahan bisa pas dalam seporsi masakan tersebut. Pada mereka yang sibuk, hal ini bisa menjadi mimpi buruk. Apalagi para milenial dalam kesehariannya yang cenderung lebih padat aktivitas dibandingkan generasi di atasnya saat usianya masih setara.

Dari sinilah Mbak Maria terpikir untuk membuat bumbu yang dapat 'mempermudah' proses memasak. Namun bukan bumbu masakan umum disebabkan telah banyaknya jenis bumbu instan maupun 'bumbu basah' yang dijual di pasar tradisional.

Jadi target pasar Bumbu Nagih ini adalah menyasar ke mereka yang lebih menyukai kepraktisan namun masih peduli dengan predikat 'makanan sehat'.
Lalu apa produknya? Saat ini baru ada Kaldu Udang Bubuk.

Mengapa berbentuk bubuk? Karena dengan bentuk ini maka bumbu akan lebih tahan lama meskipun tanpa bahan pengawet.

Mengapa mengawalinya dengan Kaldu Udang? Karena selain pada dasarnya menggemari udang, Mbak Maria lebih menginginkan diferensiasi atau pembeda. Bila bahan kaldu menggunakan ayam atau sapi mungkin sudah banyak dan umum. Jadi sebagai pelaku UMKM pun mesti memikirkan ceruk dimana belum ada atau hanya ada sedikit pemain disana.

Saat ini produk Kaldu Udang Bubuk telah lumayan berjalan dan cukup laku meskipun produksinya masih berdasarkan pesanan ditambah membuat sedikit stok untuk pesanan dadakan. Secara rentang waktu usaha yang dirintis ini pun belum lama baru beberapa bulan terakhir; jadi masih sangat perlu memperlebar jangkauan dan 'keterlihatan' ke banyak kalangan, meski jejak pembuatan bumbu bubuknya sendiri dapat ditelusuri jauh: sedikitnya 5 tahunan ke belakang dari sekarang. Nampaknya langkah ke depan pun masih terasa panjang. Dan sesuai pengakuannya, ke depannya Mbak Maria juga berencana berekspansi ke jenis produk lainnya.

Mungkin hampir serupa dengan pelaku UMKM dan banyak perusahaan lain (yang saat ini telah berkembang dan membesar dan beberapa diantaranya pada tulisan saya sebelumnya) yakni diawali pembuatan produk untuk kebutuhan sendiri, kemudian perlahan beredar di lingkungan terdekat sebagai pencicip awal sekaligus pemberi testimonial yang ikhlas. Seperti kebanyakan warga dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia di berbagai strata, hal ini juga dilakukan oleh Mbak Maria yang mempunyai hobi masak: apalagi jika bukan berbagi makanan dengan tetangga.  

Jika awalnya hanya dinikmati sendiri, hasil racikan masakan dengan taburan Bumbu Nagih ini ternyata juga membuat tetangga ketagihan. Di luar pujian sebagai feedback, para tetangga itu lalu menanyakan resep. Setelah mengetahui resepnya yakni bumbu kaldu buatan sendiri, maka tak lama setelahnya lalu ada pemesanan. Minta dibuatkan. Dari situlah kemudian ada ide untuk dijual dan dikomersialkan.

Lalu apa istimewanya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun