Sudah menjadi kebiasaan bagi keluarga kami untuk melakukan ziarah kubur di awal memasuki bulan ramadhan dan di awal lebaran tiba setiap tahunnya. Ziarah kubur rutin kami lakukan sejak kedua orang tua saya berpulang kerahmatullah sekitar tujuh tahun silam.
Seperti halnya tahun lalu, pagi tadi sebelum bersilaturahim dengan sanak saudara, kerabat dan handai taulan, kami sekeluarga telah berada di pemakaman umum bersama ribuan peziarah lainnya. Dan seperti biasanya, saya telah menyiapkan sejumlah “angpao” bagi penjaga yang merawat kebersihan di komplek pekuburan ini.
Ditengah keramaian para peziarah, saya menghampiri seseorang lelaki paruh baya yang melempar senyum pada kami dan kemudian, spontas saja saya menyodorkan selembar amplop angpao kepadanya.
Lelaki tersebut tampak kebingungan dan bertanya, “ini amplop apa pak ?”. Sekarang giliran saya yang bingung dan buru-buru isteri saya berbisik, “pa, bapak itu bukan penjaga kuburan”. Ha ?, betapa malunya saya dan secepatnya saya memohon maaf sambil kembali menerima “angpao” bersampul hijau yang dikembalikannya.
Setelah kami selesai mengirimkan do’a dan sebelum meninggalkan area pemakaman, saya kembali menemui “beliau” yang telah menjadi korban salah sasaran dan untuk kedua kalinya saya menghaturkan permohonan maaf yang tulus atas insiden angpao ini.
Di perjalanan pulang ke rumah, aulia si bungsu kami yang lucu nyeletuk ringan, “makanya papa itu lihat-lihat dulu dong masak sembarangan kasih uang sama orang, untung aja bapak itu gak marah sama papa“. Mendengar celetukannya yang lugu, kami semua (isteri dan 3 orang anak kami yang lain) spontan saling bertatapan dan tertawa ringan.