Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kisah Pilu Napi Wanita di Penjara Khusus Narkoba

3 Agustus 2011   06:28 Diperbarui: 4 April 2017   18:11 21699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sungguh malang nasib Ismi yang harus menghabiskan sebagian masa mudahnya di penjara. Semua ini akibat pergaulan bebas dengan teman-temannya yang suka mengkonsumsi obat terlarang.

Suatu hari saat diminta untuk mengambil barang ke sebuah diskotik, Isti tertangkap karena sedang diadakan razia oleh petugas.

Ismi hanya bisa meratapi nasibnya dengan barang bukti di tangan sedangkan teman-temannya lepas tangan.

Di negeri ini, hukum untuk rakyat yang tidak mampu sungguh adil. Tajam ke bawah tumpul ke atas. Ismi yang tidak mampu membayar pengacara handal untuk membelanya hanya disediakan pengacara seadanya.

Proses persidangan begitu cepat dan hukuman lima tahun dijatuhkan dan Ismi harus pasrah menerimanya.

Di penjara khusus untuk kasus narkoba inilah kisah pilu hidup Ismi dimulai. Ismi yang wajah biasa namun berpenampilan cukup gaya, memiliki tubuh montok yang mengundang selera. Bayangkan ruang penjara yang berukuran tak seberapa yang normal untuk di tempati 5 orang saja itu diisi sebanyak 15 napi. Penuh sesak dan menyiksa. Entah bagaimana caranya untuk membaringkan saat tidur?

Para napi benar-benar hanya dianggap sampah saja bila melihat perlakuan yang mereka dapatkan di penjara.

Jangan bayangkan lagi, bagaimana rasa makanan yang disediakan di penjara ini yang seadanya saja.

Bagi napi yang mampu, maka akan mengeluarkan biaya lebih untuk membayar fasilitas untuk ruang dan makanan yang lebih nyaman.

Namun Ismi adalah dari keluarga tidak mampu. Orangtuanya hanyalah petani miskin di kampung. Bahkan selama sidang sampai masuk penjara keluarganya tidak ada yang mau tahu. Karena Ismi ke Jakarta pun tanpa sepengetahuan keluarga sebelumnya.

Tak ada uang bukan masalah, karena masih ada cara untuk menikmati fasilitas yang cukup. Para petugas di penjara menawari Ismi untuk menikmati fasilitas ruang penjara dan makan yang lebih manusiawi dengan menukarkan tubuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun