Tidak ada kebaikan dalam diriku adalah kalimat yang saya dengar dari seorang siswa dimana saya mengajar.
Siswa itu banyak  melakukan pelanggaran peraturan sampai teman-temannya berkomentar bahwa semua yang dilarang dalam peraturan pasti sudah dilanggarnya.
Sopan santun seperti hal asing bagi dirinya. Sering bolos, tidak mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah) dan hal lain yang menyebabkan label nakal dan biang kerok disematkan pada dirinya.
Pada satu tahun pelajaran  saya mendapat tugas mengajar di kelasnya sehingga saya mendapat kesempatan bertemu dengan siswa unik yang menjadi perbincangan teman guru.
Awal mengajar di kelasnya saya tidak fokus memperhatikannya karena sibuk melakukan persiapan memulai tahun pelajaran. Hingga satu saat saya bisa memperhatikan dan saya melihat sebenarnya siswa saya itu memiliki potensi yang sangat baik.
Saya ajak dia berbincang, memotivasinya, memberikan arahan dan didikan kemudian perubahan terjadi pada dirinya.
Saat pelajaran saya dia selalu datang nyaris tidak pernah bolos. Kalau ada PR dia kerjakan dan yang hebat saat ujian harian hanya dia yang mendapat nilai sempurna mengalahkan teman-temanya yang rajin bahkan yang paling pintar di kelasnya.
Sopan santun yang semula hal asing baginya, sekarang jadi anak yang santun. Pernah satu waktu dia sedang bermain bola lalu saya panggil, dia langsung berlari menemui saya menanyakan apa keperluan dengan posisi berdiri di depan saya dengan tangan disilangkan dan posisi kepala merunduk sebagai tanda menghargai saya gurunya.
Tidak banyak yang saya lakukan padanya, beberapa hal yang dilakukan adalah :
 1. Merubah pola pikirnya
Â
Pelabelan buruk kepada siswa unik bahwa mereka anak nakal, biang kerok akan melekat sehingga menganggap tidak ada kebaikan dalam dirinya. Padahal jika kita bisa sabar melihat potensi yang dimiliki siswa yang unik maka kita akan dapatkan kebaikan dan kelebihan darinya.