Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

3 Hilal di Muara Ramadan Penyempurna Kebahagiaan

23 Mei 2020   16:51 Diperbarui: 23 Mei 2020   16:47 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Hilal telah tampak..." | @kaekaha

"Hilal telah tampak...", begitu berita dari televisi yang tertancap di bagian sudut ruang tunggu klinik, sore ini samar-samar kudengar karena ramainya pengunjung.

Aku tidak terlalu menanggapi berita aktual yang hari ini ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia itu. Bukan aku tidak peduli dengan ramadanku sendiri yang hari ini mestinya juga akan mengantarku diwisuda kembali menjadi manusia yang fitri setelah sebulan penuh lebih banyak beribadah dan bertafakur walaupun hanya dirumah, tidak lagi di masjid layaknya ramadan-ramadan sebelumnya. .

Diruang tunggu klinik ini, meskipun orang-orang disekitarku mungkin melihatku tengah membaca koran harian paling terkenal di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin, mereka pasti tidak tahu kalau pikiranku sebenarnya tengah mengembara jauh, jauh menembus ruang dan waktu.

Setelah dari tadi malam bukaan istriku nggak nambah-nambah, observasi dokter Annisa mengisyaratkan “ada sesuatu” dengan kandungan istriku yang saat ini masih berjuang antara hidup dan mati di ruang persalinan. Menurut dokter Annisa kita harus bersiap untuk skenario terburuk, operasi cesar!

Ini yang terus menghantuiku! Uang darimana untuk menutupi biaya operasi yang setelah kutanyakan kepada bagian administrasi, paket termurahnya saja hampir dua puluh juta! Sedangkan biaya lima juta untuk persalinan normal yang kupersiapkan jauh-jauh hari saja, sekarang tinggal separuhnya saja atau hanya cukup untuk uang mukanya saja, karena kami pakai untuk kebutuhan sehari-hari setelah aku di PHK dari tempat kerjaku gara-gara pandemi Covid-19.

Inilah resiko merantau di kampung orang, semua awalnya harus dikerjakan sendiri! It’s Ok! Show must go on! Karena semua sudah aku niatkan. Jadi ya Bismillah aja!


Suasana Klinik | @kaekaha
Suasana Klinik | @kaekaha

Setelah membolak-balik halaman demi halaman koran yang biasanya menjadi makhluk paling sexy di mataku, aneh! Hari ini kenapa semua halaman koran seperti berisi hantu semua! Tidak ada satu halamanpun yang menarik untuk dilihat, apalagi dibaca!

Uniknya lagi, meskipun semua AC alias mesin pendingin diruang tunggu berukuran sekitar 20 x 10 m itu semuanya  terlihat menyala dengan angka-angka derajat dingin yang sangat signifikan dan jelas terlihat, tapi semakin lama duduk disini justeru membuatku kepanasan. Hadeeeeew!

Karena merasa tidak  nyaman lagi, aku bermaksud mencari udara segar di halaman depan klinik yang kebetulan berseberangan dengan sebuah sungai cantik di tengah kota khas Banjarmasin yang pastinya masih hidup dengan berbagai aktifitas budaya sungainya yang unik dan sepertinya sulit ditemukan di daerah lain. 

Baru saja mau berdiri, tiba-tiba seorang perawat menghampiriku dan memintaku untuk segera menemui dokter Anissa diruangannya. Tanpa bertanya lagi, aku langsung bergegas ke ruangan dokter spesialis kandungan satu-satunya di Kota Banjarmasin yang juga terkenal baik hati dan suka menolong itu.

Intinya, karena hampir tidak pernah cek dan kontrol di dokter, baru saja terdeteksi kalau istriku ternyata hamil anak kembar, sayangnya posisi bayi yang tidak ideal, juga tenaga istriku yang lemah tidak memungkinkan untuk melahirkan normal, harus operasi!

Sungguh, aku menjadi tambah bingung menyikapi penjelasan dokter Annisa. Di satu sisi, doaku sejak masih bujang dulu untuk mempunyai anak kembar dikabulkan Sang  Khaliq, tapi masalahnya untuk “mendapatkan” dua anugerah terindah ini aku harus menyiapkan dana yang tidak sedikit atau tepatnya dana yang aku tidak tahu darimana mendapatkannya.

Karena tidak ada pilihan, mau tidak mau, bisa tidak bisa, akhirnya aku menyetujui opsi operasi cesar untuk mengeluarkan duo jagoanku itu. Saat aku diberi kesempatan menemui istriku diruang persalinan normal sebelum dibawa ke ruang operasi, dia juga sempat bertanya “biayanya gimana mas?” 

“biayanya gimana mas?” | @kaekaha
“biayanya gimana mas?” | @kaekaha

Jujur, sebenarnya hatiku menangis mendengar pertanyaan istriku, tapi karena tadi sudah dipesan sama dokter Annisa agar bilang semua beres saja, aku terpaksa berbohong kepada istriku dengan mengatakan kalau soal biaya sudah ada yang nanggung, jadi nggak usah dipikirkan!

Syukurnya, istriku percaya saja atau jangan-jangan hanya pura-pura percaya? Entahlah! Yang jelas dengan sesungging senyuman berbalut lafadz Alhamdulillah di bibirnya, akhirnya dia minta doaku, minta maaf, minta ikhlas, minta rida dan minta halal kepadaku sebelum masuk kamar operasi. Setelah kukecup keningnya dan kubisikkan kata "aku sayang kamu!" dia langsung minta dibawa beberapa perawat  ke kamar bedah.

Setelah istriku tidak terlihat lagi, aku tidak tahan lagi untuk menahan buliran air yang dari tadi sebenarnya terus berusaha menerobos kelopak mataku. Agar tidak menjadi pusat perhatian, aku memilih untuk menuju ke mushalla klinik yang berada di lantai tiga, sekalian menunaikan shalat Maghrib yang sebentar lagi masuk waktunya.

Ini sejarah! Sholat Maghribku kali ini, sepertinya menjadi shalat terkhusyukku selama ini. Aku merasa begiiiiiiiiiitu dekat dengan-Nya. Dengan linang air mata, kutumpahkan semua gundah dan gelisah yang menyesakkan dada juga kepala dalam beberapa hari ini.

Ditengah-tengah asyik masyuk dalam untaian doa yang begitu nikmaaaaaat sekali, tiba-tiba aku dikejutkan bunyi pesan WA plus getar dari smartphone yang selepas mengambil wudhu tadi kutempatkan di tas kecil yang kutaruh di lantai di sebelah kaki kananku. 

Deg! Jantungku seperti berhenti berdetak untuk sesaat ketika membaca pesan WA dari nomor baru yang tidak kukenal dan mengaku dari tim official majalah National Geographic Indonesia. Berikut isi pesan lengkapnya!

Selamat sore, Mas Kaekaha! Saya Harry… dari National Geographic Indonesia. Selamat anda menjadi salah satu pemenang Lomba Foto Pasar Tradisional NGI bekerja sama dengan beberapa bank swasta nasional.

Mohon melakukan konfirmasi data diri berupa nama lengkap, no telp (lebih dari 1), foto kopi KTP & NPWP dan file foto highres beserta keterangan nama pasar dan lokasi pasar.

Data dikirimkan via email ke harry…@gramedia-majalah.com dan m.nas…@nationalgeographic.co.id”

Majalah National Geographic Indonesia | nationalgeographic.co.id
Majalah National Geographic Indonesia | nationalgeographic.co.id

Antara percaya dan nggak percaya, aku hanya bengong tidak tahu mau ngapain!? Ini bener nggak ya? Begitu pertanyaan dalam hatiku. Jujur, aku sendiri sebenarnya sudah lupa dan sama sekali tidak ingat, kapan mengirimkan berkas-berkas softcopy karya-karya fotoku di lomba ini! Mungkin, selain karena banyak lomba yang aku ikuti, sepertinya lomba ini prosesnya kurasinya lama jadi aku melupakannya.

Daripada bengong, aku memilih keluar mushalla dan menuju ke ruang tunggu bedah di lantai satu, berjaga kalau ada perkembangan terbaru terkait proses operasi istriku.

Baru sampai di depan apotik, kali ini dering panggilan smartphone-ku yang berbunyi. Di layar muncul nomor telepon baru dengan kode area dari Jakarta (021). Diseberang, seseorang memperkenalkan diri dari majalah National Geographic Indonesia dan bermaksud mengkonfirmasi berita via WA dan email yang telah lebih dulu dikirimkan kepadaku.

Benar saja, semuanya semakin jelas, setelah email dari official majalah National Geographic Indonesia yang memuat link pengumuman pemenang dari situs resmi Lomba Foto Pasar Tradisional tingkat nasional, hasil kerjasama beberapa bank swasta nasional dengan situs fotokita milik majalah National Geographic Indonesia itu kubuka.

Masha Allah! Hatiku semakin berbunga-bunga ketika membuka link pengumuman pemenang. Disitu terpampang dengan jelas foto hasil karyaku yang bertema kearifan lokal masyarakat Banjar berupa “akad jual beli di pasar terapung Lok Baintan”  posisinya paling atas dengan predikat sebagai pemenang pertama.

Ajaibnya, untuk pemenang pertama, saya mendapatkan hadiah uang tunai sebesar 20 juta, sama persis dengan kebutuhan biaya operasi cesar istriku. Serunya lagi, foto karyaku berikut foto pemenang lainnya juga akan dimuat dalam segmen khusus di majalah National Geographic Indonesia.

Woooow…siapa yang tidak senang dan bangga, karya foto dimuat majalah sekelas National Geographic Indonesia?

Alhamdulillah! Aku langsung sujud syukur saat itu juga, di depan apotik! Karuan saja, ulahku menjadi tontonan puluhan pasang mata yang kebetulan antri di apotik. Aku tidak peduli, di  kepalaku hanya ada satu keinginan, secepatnya bersujud mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Sang Khaliq yang telah mengabulkan doa dan permintaanku saat shalat Maghrib tadi!

Sore ini, Sang Khaliq tidak hanya mawisudaku kembali menjadi fitri dengan satu hilal saja tapi ada tiga hilal sekaligus yang dianugerahkan kepadaku. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Semoga Bermanfaat!

Selamat Idul Fitri 1441 H
 saya minta maaf, minta ikhlas, minta ridha, minta halal kepada semuanya!
 Kalau saja ada salah kata yang tertulis...
 Taqabbalallahu minna wa minkum

 Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas! 

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun