Mohon tunggu...
Jusman Dalle
Jusman Dalle Mohon Tunggu... Editor - Praktisi ekonomi digital

Praktisi Ekonomi Digital | Tulisan diterbitkan 38 media : Kompas, Jawa Pos, Tempo, Republika, Detik.com, dll | Sejak Tahun 2010 Menulis 5 Jam Setiap Hari | Sesekali Menulis Tema Sosial Politik | Tinggal di www.jusman-dalle.blogspot.com | Dapat ditemui dan berbincang di Twitter @JusDalle

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mengapa Blogger dan Vlogger Makin Digandrungi?

21 Agustus 2017   08:02 Diperbarui: 24 Agustus 2017   15:53 1046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi blogger (sumber : studiosande.com)

Di berbagai tulisan di media, saya selalu meyakinkan bahwa apapun bisnis yang anda jalankan hari ini, ia harus terkoneksi dengan digital channel. Anggaran belanja yang dikeluarkan untuk menyelami samudera digital adalah investasi, bukan spending operasional.

Kita tengah memasuki babak ekonomi digital. Bisnis yang eksis di saluran digital yang akan jadi juara. Sebaliknya, yang bertahan dengan tradisi bisnis konvensional, akan tumbang dan karam. Minimal tersengal-sengal, hidup segan mati tak mau. Sudah banyak buktinya.

Suntikan yang baru saja diterima Tokopedia dari raksasa ekonomi digital China, Alibaba semakin membuktikan betapa digdaya pengaruh channel digital saat ini. Maka tepat jika kita menyebut aksi korporasi menggelontorkan uang 14,7 triliun ala Alibaba sebagai fenomena ledakan ekonomi digital. Aksi-aksi semacam itu masih akan terus terjadi. Belum bisa diprediksi kapan berakhir. Karena memang, ekonomi digital Indonesia tengah merekah indah.

Fenomena ledakan ekonomi digital dengan latar Tokopedia dan Alibaba, saya ulas mendalam hari ini (21/8) di Harian Kotan dan Republika. Silahkan dicari korannya dan diseruput artikelnya :)

Soal investasi digital yang dilakukan kepada e-commerce atau kita istilahkan sebagai digital business native,adalah suatu hal yang fardhu ain alias wajib mutlak. Karena memang ekosistem ecommerce berada di saluran digital. Ibarat ikan, mereka tidak mungkin bisa hidup di darat, apalagi di ruang udara. Tokopedia, Go-Jek, Traveloka yang kini menjelma menjadi startup unicorn (valuasi di atas 1 miliar USD) harus eksis dan leading di kanal digital, karena disitulah tanah air mereka.

Lantas, apakah perusahaan yang bergelut di industri properti, otomotif dan sektor lain yang bisa eksis (dua dekade lampau) tanpa digitalisasi tetap mempertahankan gaya lama mereka. Beriklan, misalnya hanya di media-media konvensional? Kita pasti setuju bahwa metode tersebut usang dan jadul banget.

Kita semua berkeyakinan sama, bahwa kanal digital tak bisa dikesamping dalam roda ekonomi hari-hari ini. Bisnis apapun itu, harus go online. Jika tidak, maka masa depan taruhannya. Kita menyakiskan, bahkan ada pelaku bisnis yang total berhijrah ke kanal digital. Misalnya media yang mematikan versi cetak dan kini memilih hidup dari berita online.

Bahkan raksasa properti macam Agung Podomoro Land atau raksasa industri otomotif macam Astra International pun, mulai merambah ke kanal digital. Agung Podomodo Land misalnya, berani mengeluarkan budget 70 juta hanya untuk lomba blog dan vlog. Angka sebesar itu, tergolong berani.

Lomba blog dan vlog berhadiah 70 juta (sumber : instagram @tmagungpodomoro)
Lomba blog dan vlog berhadiah 70 juta (sumber : instagram @tmagungpodomoro)
Lain lagi dengan Astra yang tiap tahun menggelar writing dan photo competition. Hadiahnya, saya kira-kira sih tembus ratusan juta. Karena selain digelar online, juga da kegiatan offline di berbagai kota.

Kalau mau contoh yang lebih dekat, lihatlah berbagai blog competition yang boleh dikatakan rutin digelar Kompasiana dengan sponsor yang berbeda-beda. Untuk apa coba blog-blog contest itu digelar jika bukan sebagai bentuk investasi reputasi di kanal digital. Menabung stok konten (positif) di internet, dalam jangka panjang akan berdampak bagi digital reputation perusahana atau brand. Kontennya bisa berupa foto, tulisan, audio dan juga video.

Dengan semakin gurihnya investasi di sektor digital, maka kini ada dua profesi yang kini sangat digandrungi. Yaitu blogger dan vlogger. Saya menyebut profesi, karena memang kini banyak yang memilih totalitas menjadi blogger dan vlogger profesional. Terutama generasi millenial. Saya masih sebatas amatiran saja bisa mengantongi 30 juta perbulan dari ngeblog. Bagaimana jika saya seriusi? Bagaimana jika saya juga mendalami vlog. Pendapatan saya bisa setara gaji manajer BUMN. Asik kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun