Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Penanaman Kesadaran Sejak Dini tentang Penggunaan Plastik sebagai Upaya Pengurangan Sampah Plastik

10 Mei 2019   05:25 Diperbarui: 10 Mei 2019   05:58 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lingkungan alam saat ini sudah mengalami kerusakan baik karena ulah manusia maupun bencana alam. Kerusakan tersebut akhirnya berdampak negatif bagi keberlangsungan hidup hewan, tumbuhan dan manusia itu sendiri. 

Kerugian yang dirasakan oleh seluruh makhluk hidup tersebut harus mulai ditekan dengan berbagai cara. Akan tetapi segala cara tersebut diawali dari kesadaran manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki akal, pikiran dan nurani. 

Bencana alam yang terjadi akhir- akhir ini juga dilatarbelakangi karena kekurang sadaran manusia akan pemakaian lingkungan alam sebagai mana mestinya. Bantaran sungai sering digunakan sebagai pemukiman penduduk. Sungai mengalami penyempitan luasnya serta kebiasaan buruk penduduk yang membuang sampah secara sembarangan di sungai. Akibatnya air sungai akan meluap ketika musim hujan tiba. 

Sampah-sampah yang dibuang ke sungai biasanya merupakan sampah yang berasal dari plastik. Sampah plastik ini tak bisa diuraikan oleh tanah. Namun demikian nyatanya hampir semua orang berperan dalam hal menambah jumlah atau kuantitas plastik. 

Manusia sangat bergantung pada plastik dalam berbagai kesempatan. Belanja misalnya. Para pembeli,  terutama ibu-ibu atau remaja, bila berbelanja pasti sangat bergantung pada plastik yang disediakan di pusat- pusat perbelanjaan. Malas atau lupa membawa tas belanja dari rumah. Anggapan lebih praktis jika berbelanja kita membawa tas belanjaan yang bisa digunakan berkali-kali. 

Belanja di pasar tradisional. Gambar: tzuchi.or.id
Belanja di pasar tradisional. Gambar: tzuchi.or.id
Kita lihat saja, zaman dahulu jika ada orang yang bepergian ke pasar para pembeli sering terlihat membawa tas belanjaan. Tanpa merasa canggung atau malu mereka berbelanja di pasar. Mungkin dalam pikiran kita ---yang merasa menjadi orang zaman now--- berbelanja dengan membawa tas belanjaan itu kuno dan tidak praktis. 

Nyatanya cara belanja tersebut malah berdampak baik pada terjaganya lingkungan alam dari dampak buruk penggunaan sampah plastik. Lingkungan alam zaman dulu, paling tidak 20 atau 30 tahun yang lalu sampah plastik tak menggunung di Tempat Pembuangan Sampah. 

Cara pandang yang menganggap kekurang praktisan berbelanja dan kunonya berbelanja dengan tas belanja harus dibuang jauh-jauh. Toh tas belanja saat ini sudah berkualitas tinggi dan sudah modern. 

Berbelanja di swalayan dengan tas belanja yang lebih cantik dan modern. Gambar: detiknews.com
Berbelanja di swalayan dengan tas belanja yang lebih cantik dan modern. Gambar: detiknews.com
Dalam hal membungkus makanan pun mungkin saat ini harus mulai kembali mempergunakan daun sebagai bungkusnya. Kita lihat bahwa nasi bungkus zaman sekarang pasti mempergunakan steroform atau kertas minyak. Akan lebih bagus jika mempergunakan daun jati atau daun pisang untuk menggantikan bungkus steroform atau kertas minyak. 

Memang penggunaan plastik sebagai bungkus berbagai produk tak bisa dihilangkan begitu saja. Paling tidak kita mengurangi ketergantungan dalam menggunakan plastik. 

Dengan menekan diri untuk mengurangi pemakaian plastik sebagai bungkus atau tempat belanja atau keperluan lain maka kita sudah urun rembug untuk melestarikan lingkungan alam. 

Kita tentu sangat prihatin ketika melihat sampah plastik yang memenuhi badan sungai dan akhirnya bermuara ke laut. Jika sampah tersebut sampai laut maka dampak bagi kelestarian di laut juga terganggu. Hasil laut tentunya juga terkontaminasi sampah tadi. Padahal hasil laut dinikmati oleh manusia sebagai pelengkap konsumsi makan sehari-hari. Sering kita menyaksikan dalam berita-berita bahwa sering ditemukan paus yang mati dan di dalam perutnya ditemukan sampah plastik dalam jumlah besar. 

Ada baiknya sebagai bagian dari orang yang harusnya bijak menggunakan segala sesuatu kita bisa memberikan contoh yang baik bagi anak-anak baik di rumah maupun di sekolah dan lingkungan masyarakat. Mereka akan lebih mudah mencontoh perilaku orang yang dianggap sudah dewasa. Kita ingat peribahasa yang menyatakan bahwa satu teladan lebih baik daripada seribu nasehat. 

Bila mereka terbiasa dan dibiasakan berbelanja dengan membawa tas belanja, makan dengan diwadahi kotak makan atau daun maka di masa remaja atau dewasanya tak akan menganggap kuno atas kebiasaan tersebut. 

Selain itu, jika di sekitar rumah terdapat sampah plastik maka sampah tersebut didaur ulang menjadi barang yang lebih bermanfaat. Misalnya dibuat aneka keterampilan ---tas,  dompet, bunga, celengan dan sebagainya---. 

Pada akhirnya kita berharap lingkungan akan tetap lestari, sampah plastik berkurang dengan teladan yang dibiasakan sejak dini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun