Bermain game tidak selalu membuat candu. Namun, banyak alasan yang dapat membuat pemainnya ketagihan dan sulit mengatur hidupnya.
Dasarnya, bermain game adalah untuk hiburan. Bermain game terbukti meningkatkan dopamin, hormon yang membuat kita senang dan bahagia. Hormon dopamin dapat bertambah melalui berbagai aktivitas, baik dari berolahraga, membaca buku, berkumpul bersama teman atau keluarga, dan berbagai aktivitas lainnya yang membuat kita senang. Korea Selatan sempat menyamakan aktivitas bermain game dengan mengonsumsi narkoba, karena berpotensi menimbulkan efek dopamin berlipat-lipat yang tidak baik untuk kesehatan. Namun, dalam penelitian American Journal of Psychiatry, frekuensi waktu bermain game tidak selaras dengan kemungkinan mengalami kecanduan. Berarti, semakin lama bermain game, belum tentu mengalami kecanduan. Sejatinya, bermain game adalah aktivitas wajar.
Sisi Positif dan Negatif Game
Game berpengaruh besar buat generasi muda, khususnya yang berusia 20-an. Menurut Red Alert Politics, pemuda Amerika lebih memilih santai bermain game di rumah daripada mencari kerja. Mereka yang tidak bergelar sarjana menghabiskan 75% waktu sehari-hari bermain game daripada membentuk karir. Serupa tapi tak sama, media Vice menyatakan pemuda-pemuda Korea Selatan juga keranjingan game, dengan alasan yang berbeda. Minkuy, pemuda 20-an pemain Starcraft menyatakan bahwa lebih enak bermain game daripada clubbing. Seungyong, profesional 30-an bermain game untuk melepas stres selepas kerja. Menurutnya Seungyong, game dapat menjadi penyaluran yang pas bagi anak-anak muda, bahkan untuk mencari uang. Susah untuk melihat apakah para pemain game itu kecanduan atau tidak, karena layaknya obat, game dapat memberi efek yang berbeda-beda.
Namun, game memiliki resiko tersendiri. Asyiknya permainan dan dunia digital dalam game membuat para pemainnya bisa beralih dari dunia nyata. Mereka cenderung mengutamakan bermain game daripada kegiatan lainnya, seperti mengurus diri, bersosialisasi, mengurus pekerjaan, dan sejenisnya. Emosi mereka bisa naik-turun karena persoalan game, bahkan merasa menjadi karakter dalam game. Game dapat mempengaruhi jiwa para pemainnya, sampai seakan hidupnya berada disana. Dari pemain game, mereka berubah menjadi pecandu game. Inilah yang berbahaya.
Menangani Kecanduan Bermain Game
Setiap pecandu game memiliki kesamaan: susah bersosialisasi. Mereka sulit bergaul dengan orang-orang secara tatap muka. Mereka juga tak terlalu suka berbicara, baik dengan orang baru atau orang yang dekat seperti keluarga atau teman.
Dr. Hillarie Cash, terapis kecanduan game di Amerika, menyebut sifat ini sebagai intimacy disorder (red. kelainan keakraban). Intimacy disorder muncul dari maraknya komunikasi digital seperti dalam media sosial, chat, sampai game. Walaupun praktis, komunikasi digital tidaklah memberikan pengalaman senyata komunikasi tatap muka; tak ada sentuhan, rasa, dan bau. Ini menyebabkan orang-orang sulit mengembangkan kemampuan bersosialisasi seperti membaca bahasa tubuh, melihat situasi, dan komunikasi non-verbal lainnya. Komunikasi digital tidak memberikan rasa nyaman dan ikatan sekuat komunikasi tatap muka.