Mohon tunggu...
Jonny Ricardo Kocu
Jonny Ricardo Kocu Mohon Tunggu... Dosen - Penulis Lepas

Suka Menulis dan Tertarik Pada Literasi, Politik dan Pemerintahan, Sosial Budaya, Lingkungan dan Literasi

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Tradisi Kain Timur dalam Praktek Politik Modern: Tinjauan Terhadap Buku Prof. Haryanto

28 Maret 2024   14:05 Diperbarui: 28 Maret 2024   23:13 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Jonny Ricardo Kocu - joewithbooks_d4c882bcc28047d3a3b649c71e3468c5

Dalam buku tersebut, penulis mengawali dengan mengurai gagasan terkait kekuasaan, yakni bagaimana seorang aktor memperoleh, mempertahankan, ataupun memperbesar kekuasaan ? namun, pertanyaan itu bisa menghadirkan pertanyaan yang tak kalah penting, yakni bagaimana seorang aktor menggalang dukungan dalam meraih kekuasaan. Pertanyaan yang terakhir ini menurut saya merupakan pertanyaan utama yang jawabannya akan dibahas dalam buku Politik Kain Timur.

Pokok pembahasan tiap bab

Pokok bahasan tiap bab, saya sajikan secara terpisah Baca Disini : ULASAN BUKU - POLITIK KAIN TIMUR Instrumen meraih kekuasaan

Klaim  Penulis dan Hasil temuan

Beberapa klaim dan argumen penulis yang menurut saya sebagai pokok pikiran dalam buku ini yakni:

  • Tradisi pertukaran Kain Timur bisa dimanfaatkan untuk memobilisasi dukungan dalam meraih kekuasaan, sehingga menurut penulis juga bahwa mobilisasi dukungan untuk meraih kekuasaan tidak harus memanfaatkan partai politik. Pendapat penulis tersebut secara langsung membantah klaim kajian sebelumnya ( Budiarjo, 1981. Fitryah, 2005. Asfar, 2005 ) bahwa di Kabupaten Sorong Selatan fungsi Partai Politik sebagai alat mobilisasi dukungan untuk meraih kekuasaan tidak di temukan atau tidak berlaku. Menurut penulis faktor yang menyebabkan fungsi partai tidak berjalan dikarenakan tumpang tindih bahkan dapat dinyatakan nyaris fungsi partai identik dengan kelompok etnis.
  • Klaim yang menarik adalah sikap 'Kami' dan 'Mereka' dalam masyarakat terkikis oleh pemanfaatan tradisi pertukaran Kain Timur
  • Di sisi lain penulis juga melakukan klaim bahwa tidak semua tradisi bisa dimanfaatkan sebagi instrumen memobilisasi dukungan. Penulis juga membedakan tradisi pertukaran kain timur dengan konsep gift (Mauss dan Hyde)
  • Namun Penulis juga meragukan efektivitas tradisi pertukaran Kain Timur dalam pemilihan yang pemenangnya lebih dari satu, misalnya pemilihan legislatif. Sehingga menurut penulis dukungan akan efektif apabila memanfaatkan isu kesetiaan kelompok (primordial)
  • Penulis juga melihat bahwa dalam tradisi pertukaran Kain Timur ada beberapa aspek pokok yakni; aspek ekonomi, sosio-kultural dan aspek politik.
  • Penulis juga melihat bahwa tradisi pertukaran menghadirkan mekanisme memberi-menerima yang bersifat timbal balik (reciprocal) dapat dinyatakan sebagai "racun", baik bagi pihak pemberi maupun pihak penerima. Hal ini karena kedua belah pihak terbebani kewajiban untuk melakukan pengembalian balasan sepanjang yang bersangkutan masih menerima pemberian.

Temuan dalam kajian ini :

  • Mobilisasi dukungan ditentukan oleh kemampuan kandidat dalam memanfaatkan tradisi pertukaran Kain Timur. Kemampuan memanfaatkan tradisi ditentukan oleh sumber daya yang dimiliki kandidat tersebut. Salah satu sumber daya yang dimanfaatkan oleh Otto Ihalauw adalah sumber daya normatif karena posisi Otto Ihalauw sebagai petahana.
  • Tradisi yang bisa dimanfaatkan untuk menghadirkan mobilisasi adalah tradisi pertukaran Kain Timur. Tradisi pertukaran Kain timur menghadirkan pola hubungan timbal balik (reciprocal) bercorak patronase antara pihak pemberi dan pihak penerima. Pola hubungan patronase menjadi penjelas berlangsungnya mobilisasi dukungan.
  • Mobilisasi terjadi karena kekuatan yang terkandung dalam tradisi tersebut yakni " saling mengunci kedua belah pihak "

Implikasi dari kajian ini;

  • Pemanfaatan tradisi pertukaran Kain Timur sebagai instrumen mobilisasi dukungan menjadikan partai politik sulit berkembang. Ada indikasi bahwa jarak yang menghubungkan masyarakat dan partai politik menjadi semakin jauh.
  • Mobilisasi digerakkan oleh mekanisme pertukaran antara pihak pemberi dan pihak penerima tampa putus.
  • Terjadinya mobilisasi karena adanya pertukaran antara aktor (kandidat) dengan masyarakat.
  • Walau tradisi pertukaran kain timur berbeda dengan money politics ( politik uang) , namun keduanya memiliki persamaan dalam mekanisme tukar-menukar, sehingga terbuka ruang untuk terjadinya praktek money politics.

Beberapa Rekomendasi Penulis :

1.   Masyarakat Sorong Selatan selain mengenal tradisi pertukaran Kain timur, juga mengenal tradisi Meramu. Esensi tradisi meramu menunjukan bahwa hasil yang lebih baik dan menguntungkan dijadikan pertimbangan bagi seseorang dalam melakukan aktivitas pekerjaannya. Kalau hasil tidak baik dan tidak menguntungkan maka seseorang beralih ke tawaran lain, naum dalam kajian ini tidak ditemukan. Sehingga memunculkan pertanyaan; apakah tradisi meramu sudah hilang dalam masyarkat Sorong Selatan ataukah karena kuatnya esensi tradisi pertukaran Kain Timur dalam mobilisasi dukungan dalam pilkada.

2.   Tradisi pertukaran sebagai instrumen mobilisasi perlu dikaji lebih lanjut terkait tingkat efektifitasnya untuk menggalang dukungan dalam kontestasi pemilihan yang tidak berprinsip the winner takes all, yakni kontestasi pemilihan yang menghasilkan pemenang lebih dari satu seperti pemilihan anggota legislatif

Interaksi Kritis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun