tembakau di lahannya. Katanya sih, kalau tidak menanam tembakau seolah dalam kehidupannya ada yang kurang. Jadi, meski sedikit, adalah puluhan sampai ratusan pohon tembakau yang mereka tanam.
Sumenep terkenal dengan produksi tembakaunya yang melimpah. Hampir setiap penduduk menanamTembakau di area Sumenep secara ketinggian tanah terbagi menjadi tiga, tembakau sawah, tembakau tegalan, dan tembakau gunung. Menurut kebanyakan petani, tembakau yang biasanya paling tinggi peminatnya adalah jenis tembakau gunung.Â
Tembakau jenis ini dari sisi aromanya harum dan teksturnya juga relatif halus. Dari sisi harganya juga paling mahal dibandingkan tembakau sawah dan tegalan.
Hal yang tak kalah penting dari komoditas ini adalah prosesnya sehingga menjadi bahan baku pembuatan rokok. Di tengah pangsa pasar akhir-akhir ini yang lesuh, petani tembakau di Sumenep tetap bertahan dengan memaksakan diri untuk merugi-rugi ria dengan menanam tembakau.Â
Seolah bertani tembakau menjadi hobi, meski risiko usaha komoditas ini terbilang tinggi.
Pantas saja, apabila salah teknik mulai dari pemetikan daun tembakau saja, perusahaan rokok tidak berminat untuk membeli. Katanya sih kualitasnya berkurang.Â
Padahal, menurut petani, setiap perusahaan rokok punya kualifikasi masing-masing terhadap tembakau yang ditawarkan petani. Ada perusahaan yang menyukai daun bagian bawah pada batang, ada yang suka order daun bagian tengah, ada pula yang justru lebih demen daun bagian atas.Â
Hakikatnya justru daun bagian tengah pohon tembakau yang punya kualitas paling baik untuk meracik rokok.
Dari sisi pemasaran, tembakau Sumenep banyak diserap perusahaan rokok Djarum, Sampoerna, Wismilak, dan Gudang Garam Surya. Biasanya, permintaan mereka mencapai 200 ton dalam sekali angkut.Â
Tahun 2018 saja, petani tembakau bahkan tidak melakukan penyetokan karena ludes diserap perusahaan. Harganya pun masih menggembirakan saat itu, rata-rata sekilo dihargai sampai 45.000.
Tapi, tahun 2019 rupanya tak lagi menguntungkan. Harga tembakau di tingkat petani anjlok hingga Rp. 30.000 per kilogramnya. Padahal, ongkos usahanya melebihi dari apa yang mereka dapatkan.