Mohon tunggu...
Joko Yuliyanto
Joko Yuliyanto Mohon Tunggu... Jurnalis - pendiri komunitas Seniman NU
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis opini di lebih dari 100 media berkurasi. Sapa saya di Instagram: @Joko_Yuliyanto

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kasih dari Ku Untukmu, Indonesia

8 Juni 2017   11:46 Diperbarui: 8 Juni 2017   12:22 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Beberapa tahun terakhir, Indonesia digoncang hebat dengan berbagai isu kebencian. Dan saya mengamati kejadian ini berlangsung sejak pilpres 2014. sebelumnya Indonesia dikenal adem ayem dalam setiap konfik yang terjadi. Kenapa ini bisa terjadi? Yang pertama jelas, perseteruan antara prabowo dan jokowi waktu pemilihan presiden. Jokowi yang diusung beberapa partai nasionalis seperti PDIP, Nasdem, Hanura dsb. Sedangkan prabowo diusung oleh sebagian besar partai Islam, sebut saja Gerinda, PKS, PKB, PAN dsb. Dan yang terjadi dari pereseteruan antar kelompok adalah kebencian. Membuat berbagai opini dan isu sara untuk menjatuhkan lawan.

Seolah nasionalis bersebrangan dengan agama. Padahal keduanya adalah kesatuan. Agama, politik, ras, suku semua dijadikan senjata untuk menyerang lawan. Pilpres berakhir yang dimenangkan kubu Jokowi, Isu kebencianpun semakin merebak keberbagai bidang. Kekalahan yang “seolah” diterima hanya dijadikan pacuan untuk serangan yang lebih dahsyat. Kedua adalah faktor media sosial. Muncul berbagai fanpage berbagai medsos yang menyatakan secara terang-terangan kebencian kepada kubu pemenang.

Ada pula penyusup yang menyelinap untuk mengobrak-abrik “rumah” pemenang. Semua dilakukan hanya karena nafsu kebencian saat tokoh yang diidolakan kalah. Penggunaan media sosial semakin ngaawur. Yang tujuan awal hanyalah sebagai sarana komunikasi jarak jauh, saat ini menjadi alat perang tanpa senjata. Peperangan di medsos hanyalah prajurit pengecut yang enggan untuk saling berhadapan untuk mengibaskan pedang. Hanya berkoar-koar dengan menyebar berbagai isu Hoax yang tujuannya hanya kebencian karena kekalahan.

Seperti itukah ksatria? Ketiga adalah tokoh yang bisa ditarik untuk melecutkan kebencian. Yang pertama kita ambil pemecatan Anis baswedan yang menjadi viral karena etos kerja selama pemerintahan. Jokowi dihujat, dicaci, dihina dengan berbagai tulisan yang tidak jelas sumber datanya. Selanjutnya yang paling panas sampai sekarang adalah kasus Ahok, yang merupakan mantan wakil gubernur Jokowi. Dengan perbedaan agama (nasrani), maka gerakan pembenci pilpres yang dahulu kala, semakin gencar menyerang kubu “nasionalis”. Dengan isu penistaan agama yang Ahok lakukakn di kepulauan seribu. Isu menyeruak menjadi berita NASIONAL. Ingat ISU NASIONAL!!! sebegitu hebatkah jakarta berpengaruh terhadap daerah lainnya? TIDAK!! Sama sekali tidak.

Jakarta macet atau banjir, orang jawa, kalimantan, sumatera hanya melihat tanpa berdampak satu apapun. Semua buta melihat aksi heroik Ahok mengubah jakarta menjadi lebih nyaman dari sebelumnya. Yang keempat gerakan terstruktur madzab Timur Tengah. Mereka semua menyeruak “Ini masalah agama! Harga diri islam!” kemudian mucul isu berikutnya yakni untuk menghancurkan akidah orang sunni di Indonesia. Tidak tanggung-tanggung berbagai isupun dilancarkan tokoh-tokoh kharismatik Indonsesia, Sebut saja Gus Dur, Habib Luthfi bin Yahya, Habib Mundzir Al Musawa, Gus Mus hingga Emha Ainun Najib. GILA!! Ketika ada ormas islam yang mencoba mendinginkan perpecahan antar umat di Indonesia malah di tuduh Kaum Munafiq yang katanya lebih berbahaya dari orang kafir! Neraka? Jelas! Semua menjadi Tuhan.

Pengkafiran, pembid’ahan, pemusyrikan dan isu lainnya untuk meluluhlantahkan ormas yang berusaha melindungi NKRI. Siapa yang berada dibelakang semua ini? Pergerakan pendirian negara khilafah diseluruh dunia tidak bisa dipungkiri. Berbagai negara di timur tengah sudah hancur lebur karena peperangan perbedaan pendapat. Mereka hanya menginginkan kesamaan. KHILAFAH!! Di Indonesia sudah menjadi sasaran lama golongan tersebut. Gerakan yang terstruktur untuk perlahan mengubah paradigma masyarakat. Tokoh mereka dimasukan keberbagai lingkungan sekolah, kampus, ukm dan politik nasional. Secara tidak sadar mereka terdoktrin untuk membenci akidah orang terdahulunya bahka tega melawan orang tuanya karena berbeda pandangan dalam menghadapi amaliyah.

Orang tua yang tidak punya landasan dalil (hadist) harus mengaku kalah karena “golongan” ini dididik untuk memeliki etos kerja yang luar biasa menyadarkan ajaran yang dianggapnya menyimpang. Pemuda yang baru mulai belajar agama dengan mudah tergiur dengan dakwah yang “halus namun menyakitkan”. mereka tidak bisa berfikir panjang dan luas. Setiap hari di sekolah atau dikampung (yang terlanjur dikuasai ulama “baru”) membuatnya terbuta kepada satu kebenaran. Mereka menyimpulkan kebenaran mutlak. Selalu berpandangan kedepan tanpa ingin sama sekali mengingat sejarah islam di negeri dan daerahnya. Kemudian tersemat melalui buku mereka yang baru “Waliyullah, Walisetan”. Naudzubillah!! Karakteristik walisongo yang luar biasa berjasa menjadikan nusantara menjadi mayoritas berpenduduk islam dilalaikan dengan satu petuah “Islam harus berdasar Al-Qur’an dan As-Sunah”. kaum sunni di Indonesia hanya bisa geleng-geleng kepala.

Lha selama ini dikira ajaran yang dianggapnya menyimpang tidak sesuai Al-Qur’an dan As-Sunah. Lagi-lagi saya akan menarik kesimpulan “kaum” mereka yang terstruktur untuk mendirikan negara khilafah di Indonesia. Apa yang salah dengan negara Khilafah? Tidak ada yang salah, sama sekali tidak ada! Hanya butuh perenungan. Kenapa indonesia tidak bisa dikatakan negara khilafah? Silahkan simak tulisan terbaru cak Nun “Khilafah NKRI”. Mereka terlanjur buta. Menganggap kebudayaan arab adalah kebenaran yang sesungguhnya. Untuk melihat sejarah gerakan mereka melaui gerakan khilafah bisa dilihat di tulisan saya sebelumnya. Tak heran, jika ada orang yang berhaji kemudian kembali ke Indonesia agak berbeda cara beribadahnya. Kenapa? Sekali lagi silahkan dipelajari sejarah kerajaan arab dan konflik politiknya.

Kriminalisasi Ulama Saya lanjutkan kasus sebelumnya tentang Ahok sebagai penista agama. Kebencian luar biasa tidak pernah akan selesai meski beberapa kali meminta maaf. Dan anehnya, cercaan merembet kepada Jokowi. Kok Jokowi? Ingat tujuan awal mereka, mendirikan khilafah!! Basis SDM terpelajar karena perekrutan melalui kegiatan dan organisasi sekolah dan kampus. Tak heran sekarang banyak ahli debat di media sosial dengan “dalil tanpa tafsir”. Bagaimana mau bertafsir, mereka belajar agama tidak melalui guru/ustad/kyai/ulama tapi dari Internet. INTERNET!!! siapa yang menjamin kaidah kebenaran dunia maya? Menjanjikan surga melalui tulisan yang sama sekali tidak tahu penulisnya. Misalkan ada referensi penulis, mereka juga tidak tahu apakah kitab atau hadist yang dijadikan untuk berdebat sudah memalui editing atau murni.

Namun ada pula mereka yang belajar dari ustad. Dengan perawakan seperti orang-orang jazirah arab, mereka sepakat. “dialah yang menegakan kebanaran islam”. Dan tidak dapat dipungkiri mereka adalah utusan “golongan” yang memang sejak awal ingin menyasar Indonesia. Selain, SDM yang berpendidikan. Dana juga melimpah ruah berkat sokongan bantuan dari timur tengah. Kenapa sebegitu antusiasnya dana masuk ke para tokoh “mereka” di Indonesia? Ingat Indonesia adalah satu-satunya negara yang sangat sulit sekali dimasuki paham khilafah. Berbagai isu pernah dilontarkan sejak orde lama, pergerakan DI/TII yang ingin menyingkirkan Soekarno. Pembuatan organisasi berfaham “mereka” pada masa orde lama. Dan berpuluh ormas “mereka” setelah reformasi. Namun semua GAGAL!! kenapa?

Silahkan simak tulisan saya sebelumnya yang juga pernah membahas hal ini. Ketidakinginan kalah dari kaum nasionalis memetik peperangan berikutnya dengan isu yang sama. Habib Rieziq tersandung kasus pornografi. Tidak dapat dipungkiri Habib Rieziq merupakan tokoh utama gerakan 212 dan gerakan lanjutannya dalam tema membela islam. Dengan tersandunganya kasus Habib Rieziq, para kaum agama tidak tinggal diam dengan membela sampai titik darah penghabisan pahlawan mereka dalam menegakan tujuan “mereka’. namun siapa “mereka” yang benar benar membela Habib Rieziq. Hanya orang terpercaya. Selebihnya, yang malah menjadi motor pergerakan aksi bela islam malah lari entah kemana. Lempar batu sembunyi tangan! Maaf, saya harus mengatakan bahwa sebenarnya Habib Rieziq merupakan ulama yang baik, namun terlena dengan isu dan rela dijadikan tameng oleh “mereka” yang saat ini tertawa melihat para ulama saling berkelahi di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun