Mohon tunggu...
Johan Wahyudi
Johan Wahyudi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Pengajar, Pembelajar, Penulis, Penyunting, dan Penyuka Olahraga

Pernah meraih Juara 1 Nasional Lomba Menulis Buku 2009 Kemdiknas pernah meraih Juara 2 Nasional Lomba Esai Perpustakaan Nasional 2020, mengelola jurnal ilmiah, dan aktif menulis artikel di berbagai media. Dikenal pula sebagai penyunting naskah dan ghost writer. CP WA: 0858-6714-5612 dan Email: jwah1972@gmail.com..

Selanjutnya

Tutup

Money

Hati-Hati Membeli Besi Batangan

13 April 2012   06:59 Diperbarui: 4 April 2017   16:14 5620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_181673" align="aligncenter" width="596" caption="Rukoku berukuran 6,5 m x 16 m dengan gambar mirip di atas."][/caption]

Besi batangan menjadi bahan bangunan yang sangat penting. Besi batangan itu akan menjadi tulang penyangga beragam sisi bangunan. Maka, besi bangunan mesti memiliki ukuran berdasarkan posisi dan konstruksi bangunannya. Jika bangunan di pinggir jalan, sebaiknya pemilik menggunakan besi yang lebih besar ukurannya. Pilihan itu bertujuan agar besi batangan dapat menahan getaran ketika ada kendaraan.

Selain itu, konstruksi bangunan pun sangat menentukan ukuran besi batangan. Besi batangan untuk rumah sederhana berlantai satu tentu berbeda dengan rumah bertingkat. Jika bangunan bertingkat, besi batangan mesti memiliki ukuran yang lebih besar dan dibangun dengan cakar ayam.

Saat ini, saya sedang membangun sebuah ruko berlantai dua. Anggaran pembangunan ruko itu berasal dari sebagian royalti bukuku. Memang royalti bukuku tahun 2011 terbilang cukup besar. Selain cukup digunakan untuk membayar ONH saya dan istri, saya masih memiliki saldo. Lalu, saya pun menggunakan uang itu untuk membangun ruko di pinggir jalan besar.

Karena bangunan berlantai dua, tentu saya memerlukan besi batangan yang sangat banyak. Oleh karena itu, saya tentu membeli besi itu ke toko besar pula. Maka, saya memilih beberapa toko di daerahku. Dari sinilah, saya memiliki beberapa pengalamah pahit. Sengaja saya menuliskan pengalaman itu di sini agar menjadi perhatian pembaca.

Pertama, sebaiknya kita membeli besi batangan dengan menggunakan sistem kiloan atau ditimbang. Ternyata besi batangan dan kiloan memiliki selisih yang cukup signifikan. Rerata setiap kilonya memiliki selisih Rp 1000 sedangkan satu batang besi memiliki berat rerata 5-8 kilogram. Anda bisa membayangkan selisihnya jika membeli lebih dari 100 batang besi!

Kedua, sebaiknya kita membeli besi yang sudah dianyam berdasarkan ukuran dan bentuknya. Ternyata besi batangan yang sudah dianyam sangat menghemat biaya daripada menganyam besi sendiri. Sekadar pengalaman, menganyam besi dapat dilakukan sambil lalu jika rumah belum dibangun. Maka, alangkah baiknya jika kita memersiapkan pembangunan itu jauh-jauh hari.

Ketiga, mintalah contoh besi batangan yang Anda beli, semisal Anda meminta potongan besi sepanjang 1 meter sebagai sampel. Bayarlah besi itu jika sudah dikirim ke rumah. Sesuaikanlah ukuran besi berdasarkan kesepakatan di toko tadi. Jangan Anda bayar jika ukuran besi tidak sesuai dengan perjanjian.

---

Dua bulan lalu, saya membeli besi batangan sekitar 200 batang. Ada besi batangan yang berukuran 8 mm dan 10 mm. Kebetulan pondasi rukoku sudah dibangun terlebih dahulu. Jadi, saya hanya memerlukan besi untuk tiang dan konstruksi lantai dua. Pada waktu transaksi, saya hanya memesan besi ukuran 8 mm dan 10 mm. Saya tidak minta contoh atau sampel besi batangan itu. Lalu, saya meminta toko untuk sekaligus menganyamkan besi itu berdasarkan ukuran yang saya berikan. Tentunya saya harus membayar biaya lebih.

Tak lama kemudian, semua pesananku dikirim. Waktu itu, hujan turun lebat. Besi anyaman dikirim ke rumah ibuku karena rumahku jelas tidak memungkinkan digunakan untuk menyimpan besi. Dan rumah ibuku cukup gelap. Selain minim penerangan, hujan masih terus mengguyur. Para sopir dan tenaga segera memasukkan besi itu ke rumah sedangkan saya menyiapkan kekurangan uangnya. Lalu, saya pun membayar lunas semua besi itu dan para tenaga itu pulang.

Saya sangat terkejut ketika tukang batuku berkomentar, “Pak Guru, kok besinya kecil. Ini ukurannya cuma 6 mm.”

Mendengar ucapan tukang batuku, saya terkejut. Mengapa saya dibohongi toko material itu? Saya sudah memesan barang itu sejak lama. Selain sudah mengenal pemilik toko dengan baik, saya sering berbelanja kebutuhan lain. Dan semua baik-baik saja. Akhirnya, saya harus membeli besi lagi untuk mengubah ukuran jarak besi yang dianyam agar kuat. Jika kepercayaan yang kuberikan kepada pemilik toko itu dikhianati, saya pasrahkan saja kepada Tuhan untuk menegurnya.

Teriring salam,

Johan Wahyudi

Sumber gambar: Sini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun