Mohon tunggu...
Joel FernandoPasaribu
Joel FernandoPasaribu Mohon Tunggu... Jurnalis - Pria Asli

Cintailah bangsa mu dan bertanggung jawablah kepada negara mu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Agama Bukan Sarana Penghakiman Manusia

10 Maret 2020   00:30 Diperbarui: 10 Maret 2020   15:41 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Peristiwa persoalan agama akhir-akhir ini menyita perhatian masyarakat dunia, khususnya di Indonesia.  Hampir tidak ada berita di media yang tidak membicarakan persoalan agama. Dengan adanya persoalan agama ini, menimbulkan pertanyaan "ada apa dengan agama?" Ini akan menjadi momok besar bagi orang awam dan menganggap seolah-olah bahwa agama adalah ancaman besar. Kalau sudah seperti ini, maka makna dari agama yang menyatakan bahwa "tidak kacau balau" akan sirna dan hilang. 

Sebab agama telah memiliki makna lain, yakni penghancur kehidupan manusia. Sebab, peperangan bisa terjadi karena agama, kerusuhan bisa terjadi karena ada perbedaan pendapat mengenai agama, salah satu agama akan menjadi penguasa dan agama yang lain akan tertindas. Tidakkah itu yang terjadi saat ini. Dimana agama akan menjadi biang keributan bagi penganut agama lainnya.

Tulisan ini akan membuka sedikit pemikiran pembaca mengenai agama dan masalahnya. Kita sedang berada diambang perpecahan akibat permasalahan agama. Nilai-nilai kebaikan yang ditanamkan oleh agama, sudah jauh berkurang. Sehingga, manusia penganut agama akan menjadi pengadil bagi sesamanya manusia. 

Wah, tentu ini akan membuat semakin kacau. Adalagi agama dalam ajarannya bahwa membunuh orang yang berseberangan dengan agamanya, darahnya halal untuk dibunuh. 

Apakah agama sekejam itu? Ini sudah kelewatan batas. Masih ada yang lain? Seribu satu macam masalah agama tidak akan pernah berkurang jika manusia yang beragama sudah memiliki doktrin rasa kebencian. Besar ataupun kecil ukuran rasa kebencian itu tetaplah sama tujuannya, yaitu menetapkan agama yang lain darinya adalah salah dan tidak layak.

Saya adalah orang yang beragama. Bagi saya tidak ada yang salah mengenai agama. Yang salah adalah orang ataupun oknum di dalam agama itu sendiri. Saya merasa bahwa agama tetap mengajarkan kebaikan, tetapi karena adanya perbedaan pemikiran dari para penganut di masing-masing agama memiliki seribu satu macam kebaikan menurut logikanya sendiri dan itu di ajarkan secara turun temurun. 

Ini yang membuat saya merasa yakin bahwa agama adalah jalan utama untuk dapat memiliki hubungan atau relasi secara spiritual kepada Tuhannya. Islam berpinsip bahwa Islam adalah damai, Kristen identik dengan kasih, Buddha menekankan kebajikan, dan lain sebagainya. Ini adalah sesuatu yang indah bila dipertemukan. 

Dalam perbedaan inilah terdapat pelangi cinta yang indah dalam hidup manusia. Tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Di Indonesia, rumah ibadah di tutup, di gusur, bahkan di bakar. Selain itu, politik beriringan dengan agama yang dibungkus untuk memuluskan akal bulus. Kemudian, dengan mudah memberikan cap "kafir" terhadap agama lain tanpa memperhitungkan apa dampaknya. 

Adalagi orang-orang yang beragama menganggap Tuhan itu harus dibela, bukankah Tuhan punya kuasa kepada manusia? Kenapa harus dibela? Berarti Tuhan yang seperti itu adalah Tuhan yang di dalam pikiran bukan Tuhan yang sejati. Masalah lain yaitu, diskusi-diskusi agama untuk menebarkan kebencian terhadap orang/kelompok yang berseberangan dan itu juga dibungkus dengan agama. 

Masih banyak lagi yang lainnya. Indonesia kian larut dalam permasalahan yang itu-itu saja. Kalau tidak korupsi ya agama! Memalukan meman dimana agama dianggap sebagai kebenaran mutlak dari para penganutnya. Padahal kebenaran yang paling mutlak dan sempurna hanya dimiliki oleh Tuhan saja. Tuhanlah yang hakim tertinggi dan pengadil yang penuh kuasa. 

Tetapi yang terjadi adalah, agama adalah sarana untuk mengadili dan menghakimi. Lagi-lagi saya harus menyatakan ini untuk membuka sedikit pemikiran pembaca bahwa agama bukanlah kebenaran yang mutlak, dan ini harus dipahami sebagai salah satu metode untuk mengurangi, ya paling tidak mencegah adanya gesekan-gesekan akibat perbedaan pendapat mengenai agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun