Yang menjadi masalah saat ini adalah tidak ada standar khusus untuk mengkategorikan ucapan yang menista agama mana yang tidak, sehingga dalam prinsipnya tergantung objek yang menjadi perbincangan.
Jika pernyataan UAS dengan objek salib dan jin kafir membuat orang tersinggung maka ini bisa menjadi penghinaan, mungkin bagi umat islam ini hanya seperti masalah biasa tetapi bukankah Rasullullah pernah memberitahukan kepada kita melalui hadisnya:
"Ingatlah, siapa yang mendzalimi seorang kafir mu'ahad, merendahkannya, membebaninya di atas kemampuannya atau mengambil sesuatu darinya tanpa keridhaan dirinya, maka saya adalah lawan bertikainya pada hari kiamat" (HR. Abu Daud, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami')
Meskipun islam merupakan agama yang paling akhir dan benar bukan berarti sebagai umatnya kita boleh menghina atau mengolok-olok kepercayaan agama lain baik itu ajarannya, simbol-simbolnya, atau hal lainnya, sebab seorang muslim memiliki pedoman hidup yang harus ditaati AL Qur'an dan Hadist, jika AL Qur'an melarang maka kita tidak boleh melakukannya.
Perihal pertanyaan jamaah kepada UAS " apa sebabnya ustadz, kalau saya menengok salib, menggigil hati saya?" Â bukankah lebih tepat jika menjawabnya kalau tingkat keimanannya yang masih kurang sehingga setan mencoba menggodanya. tanpa harus menjawab dengan jawaban yang mengandung penghinaan dan menyakiti hati umat lain.
Islam memang agama paling benar, namun terkadang membuat umatnya merasa paling benar sehingga begitu mudahnya mencaci maki atau menghina agama lain dengan keangkuhan yang bisa menjerumuskan seseorang kedalam perbuatan yang dilarang Allah tanpa meraka sadari. apalagi bisa membuat keresahan terhadap hubungan antar sesama baik muslim maupun nonmuslim.