Mohon tunggu...
YEREMIAS JENA
YEREMIAS JENA Mohon Tunggu... Dosen - ut est scribere

Akademisi dan penulis. Dosen purna waktu di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ilmuwan Yesuit Penemu Padi Bibit Unggul

14 November 2017   12:13 Diperbarui: 14 November 2017   12:30 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pastor Henri de Laulanie

Meskipun Sistem Padi Intensifikasi atau yang lebih dikenal dengan nama SRI (System of Rice Intensification) mulai berkembang luas di luar Madagaskar, penemuan dan proses pengembangannya pernah dianggap sebagai tidak ilmiah. Adalah Pastor Henri de Laulani, seorang imam Yesuit asal Prancis yang memulai proyek pengembangan padi ini di Madagaskar sejak tahun 1983.

Banyak orang di Barat, yang yakin akan manfaat diet rendah karbohidrat. Mereka juga memahami betapa pentingnya mempertahankan karbohidrat tertentu dalam tubuh, terutama jika karbohidrat tersebut dihasilkan oleh makanan pokok yang merupakan pangan untuk seluruh masyarakat dalam sebuah negara. Dengan begitu, kegagalan panen akan memosisikan sebagian besar warga masyarakat dalam bahaya kekurangan gizi.

Adalah Pastor Henri de Laulani, seorang misionaris Yesuit asal Prancis yang melihat pentingnya mengembangkan padi dan kemudian menghasilkan beras yang dapat menjamin ketersediaan pangan. Henri de Laulani kemudian mengembangkan apa yang dikenal sekarang sebagai System of Rice Intensification (SRI). Setelah dua belas tahun kematiannya, SRI sekarang mulai dilirik sebagai sistem pengembangan tanaman padi yang dapat menjadi strategi jitu mengatasi kelaparan di berbagai penjuru dunia.

Nama lengkapnya Pastor Henri de Laulani de Sainte-Croix. Keahliannya di luar bidang filsafat dan teologi adalah agronomi. Beliau menempuh pendidikan sebagai seorang ahli agronomi di Institut Agronomique yang terkenal di Paris. Di situ Pastor Henri mempelajari bagaimana mengembangkan padi berdasarkan karya para ilmuwan Jepang. Ketika Laulani berusia 41 tahun, Laulanie berangkat ke Madagaskar untuk menerapkan gagasan dan hasil temuannya. Pastor Laulanie tetap tinggal di Madagaskar sampai meninggal pada tahun 1995 dalam usia 75 tahun.

Setibanya di tahun 1961, satu masalah yang langsung dihadapi Laulani adalah rendahnya kualitas produksi pangan dan praktik pertanian pada umumnya di antara orang-orang Malagasi. Dia memahami dengan baik pentingnya budaya dan sejarah beras, belum lagi pentingnya diet -- hingga kini di mana konsumsi beras menyumbang lebih dari separuh kalori sehari per kapita. Laulani juga melihat bahwa orang miskin di Madagaskar tidak memiliki uang. Jadi jika terjadi gagal panen maka masyarakat akan semakin menderita hidupnya. Mereka tidak akan mampu membeli makanan yang dapat menopang hidup sehari-hari.

Pastor Laulanie kemudian bekerja keras dan berusaha untuk mewujudkan impian dan pengetahuannya di bidang padi. Dan itu dia lakukan selama 34 tahun hidupnya di Madagaskar sebagai seorang misionaris. Dia menulis sebuah buku berjudul Rice in Madagscar. Melalui buku inilah Pastor Laulanie menjelaskan pemikirannya mengenai pengembangan padi SRI.

Pastor Henri de Laulanie dan seorang petani di Madagaskar. | essc.org.ph
Pastor Henri de Laulanie dan seorang petani di Madagaskar. | essc.org.ph
Ada empat prinsip yang sangat ditekankan dalam pengembangan padi jenis ini, yakni (1) membentuk tanaman lebih awal dan cepat. Ini dimaksud untuk mendukung pertumbuhan akar tanaman yang kuat serta pertumbuhan tanaman vegetatif. (2) Mempertahankan kepadatan tanaman rendah untuk memungkinkan perkembangan optimal masing-masing tanaman dan meminimalkan kompetisi antara tanaman demi kepentingan nutrisi, air dan sinar matahari. (3) Memperkaya tanah dengan bahan organik untuk meningkatkan kapasitas penyimpanan unsur hara dan air. Juga meningkatkan umur mikroba di dalam tanah, dan untuk menyediakan substrat yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan akar. (4) Mengurangi dan mengendalikan penggunaan air, hanya menyediakan air sejauh dibutuhkan untuk pengembangan tanaman secara optimal dan untuk mendukung kondisi tanah aerobik.

Apa yang dikembangkan Loulanie ini bukan tanpa hambatan. Tahun 2013, misalnya, Forbesmenggambarkan pencapaian ini sebagai "sebuah inovasi yang paling penting, paling kontroversial, dan paling maju dalam bidang pertanian modern." Meskipun demikian, kebanyakan orang menganggap SRI sebagai jenis solusi pertanian yang kurang ilmiah karena tidak memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan.

Sementara itu, International Rice Research Institute dan para ilmuwan terkemuka di bidang padi berpendapat bahwa metodologi yang digunakan dalam pengembangan SRI tidak murni ilmiah, karena sudah bercampur dengan praktik dan pengalaman perseorangan yang sudah berlangsung lama. Sebagian dari metodologi itu justru menjadi kontra langsung bagi praktik-praktik pengembangan padi yang selama ini sudah mapan.

Thomas Sinclair, seorang ilmuwan fisiologis tanaman dari Departemen Pelayanan Pengembangan Pertanian AS, justru meremehkan padi SRI dalam sebuah artikel yang ditulisnya dan dipublikasikan di Jurnal Rice Today. Menurut Sinclair, diskusi mengenai sistem intensifikasi padi (SRI) sungguh tidak menarik karena tidak memenuhi standar-standar ilmiah pengembangan padi. Dia bahkan menuduh pengembangan padi SRI lebih didasarkan pada apa yang disebutnya sebagai "Observasi Lapangan yang Tak-Terkonfirmasi" (Unconfirmed Field Observations/UFO). Sinclair lalu mengusulkan agar para ilmuwan melakukan lagi penelitian mengenai padi SRI supaya bisa ditemukan eviden yang kuat yang bisa menjelaskan jenis padi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun