Mohon tunggu...
Bude Binda
Bude Binda Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Langkah kecil kita mengubah dunia. Berpuisi di Http://jendelakatatiti.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hidup Hemat, Cermat, dan Bersahaja

27 Februari 2013   08:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:36 1666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Bude Binda

Ada satu teori ekonomi yang kupelajari sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama, teori yang berupa nasihat bijak dalam pelajaran Bahasa Indonesia yaitu peribahasa "Jangan besar pasak daripada tiang". Ilmu ekonominya "pengeluaran lebih sedikit daripada pendapatan". Nah apakah peribahasa dan hukum ekonomi yang sederhana dapat saya terapkan, setelah bertahun-tahun diberitahu oleh bapak dan ibu guru?

Jawabnya belum, masih sering dilanggar dari pada dipatuhi. Kata orang-orang, saudara kita etnis Tionghoa lebih pandai berhemat dan melaksanakan ilmu itu. Jika pendapatan mereka sehari sepuluh ribu, ya makan seribu saja. Sementara kami orang Jawa pada umumnya, pendapat sepuluh ribu, makan  sebelah ribu! Mereka sejak bangun pagi, buka jendela dan pintu terus cari uang, uang akan masuk ke kantong mereka, sementara kami sejak bangun pagi, sudah mengeluarkan uang, beli bubur, jajan yang keliling dari rumah ke rumah. Nah, bagaimana mereka tak lebih kaya, karena mereka memang pintar mengatur ekonomi.

Sejak saya sekolah belum bisa cari uang, tiap pagi diberi uang saku oleh ayah ibu, sampai sekarang sudah bekerja membanting tulang untuk mencari uang sebagai pembeli sesuap nasi, saya masih juga belum berhasil mengamalkan dasa darma Pramuka yang salah satunya: hemat, cermat, dan bersahaja. Ungkapan jawanya yang sebanding: gemi, nastiti, ngati-ati.

Kalau baca artikel ahli pengatur keuangan yang menyarankan kita punya tabungan senilai 5 X gaji, membayar cicilan maksimal sepertiga gaji, menabung minimal sepertiga gaji, baru sisanya  dibelanjakan. Ternyata dalam kenyataan saya jauh sekali dari nasihat ahli keuangan itu, nah bagaimana mau sesuai, cicilan 2/3 gaji, tabungan, kalau sedang ada insentif dari kantor saja, bahkan sisa gaji kadang  baru 2-3 minggu sudah habis!

Nah,   antara kebutuhan dan gaya hidup. Saya amati kehidupan di sekeliling saya, saya, saudara, teman-teman saya kadang terjebak dalam pengeluaran yang lebih besar dari pendapatan karena tak hanya membeli sesuai kebutuhan namun masih ditambah membeli gaya hidup. Tak percaya?

Kebutuhan paling utama manusia, tentu saja makan. Kalau kita mau makan sesuai kebutuhan minimal ya sehari makan 3 kali, dengan lauk sederhana namun bergizi misal tempe, tahu. Sayur sehat: sayur bening, sambal, kerupuk. Ditambah buah yang murah saja: pepaya atau pisang. Jika kita makan dengan menu minimal namun bergizi ini sehari untuk satu orang nasi : 3 piring = Rp6.000,00, tempe/tahu: 6 potong  = Rp 6.000, sayur benin: 1 mangkuk = Rp3.000, sambal dan kerupuk : Rp2.000, pepaya/pisang: Rp3.000. Maka jumlahnya Rp21.000,00. Jika masak nasi, lauk, sayurnya untuk lebih dair satu orang, jatuhnya tiap orang bisa lebih sedikit atau kurang dari dua pulau satu  ribu rupiah. Nah apakah kita mau makan dengan standar miminal demikian?

Bisa jadi kita sarapan sederhana di rumah, makan siang di kantor seporsi Rp20.000 atau lebih, dan makan malam di luar bersama keluarga  yang juga satu orang minimal Rp20.000,00. Tergantung apa yang kita beli.

Jadi kebutuhan makan sehari uang Rp21.000 cukup, bahkan bisa kurang dari itu, namun memenuhi keinginan dan gaya hidup untuk makan bisa sehari sampai Rp40.000-50.000 bahkan sampai ratusan ribu dan jutaan jika makannya di restoran mewah.

Pakaian juga hampir sama, untuk kebutuhan saja busana yang sederhana namun memenuh kepantasan  cukup seharga Rp250.000 untuk rok, blus, dan kerudung (bagi yang pakai jilbab). Namun kalau memenuhi keinginan dan hasrat mengikuti mode uang satu juta rupiah pun bisa kurang.

Masih ada lagi perabotan rumah, telepon seluler, perhiasan, dan segala tetek bengek kemudahan hidup mau pun kendaraan. Membeli telepon genggam, jika yang penting untuk dapat bertelepon dan berpesan singkat barang kali HP seharga Rp200.000,00 pun sudah memadai. Namun karena memenuhi keinginan dengan ponsel yang terbaru, fitur-fitur bermacam-macam, bahkan yang cerdas dan canggih pula makan jatuhnya harga pun bisa berjuta-juta sesuai merk dan spesifikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun