Penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium di Indonesia disarankan dihapus akhir tahun ini.
"Salah satu rekomendasi Tim Reformasi Tata Kelola Migas adalah penghapusan BBM premium," kata salah satu mantan Anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas Fahmy Radhi kepada HARIAN NASIONAL, Selasa (22/8).
Menurut Fahmy, rekomendasi telah disampaikan kepada Pertamina pada Maret 2015. Saat itu, kata Fahmy, Pertamina menyanggupi menghapus secara penuh dalam dua tahun. Seharusnya premium sudah dihapus dari pasaran pada Maret 2017.
Fahmy mengatakan, keberadaan SPBU yang saat ini sudah tidak menjual premium salah satu langkah Pertamina menghapus premium secara bertahap. Hal itu perlu dilakukan agar tidak menciptakan gejolak di tengah masyarakat.
Tim Reformasi Tata Kelola Migas merekomendasikan penghapusan premium karena pasar internasional sudah tidak menyediakan BBM RON 88 (premium). Otomatis mendorong Pertamina harus mengadakan premium melalui proses blendingBBM RON 92 agar kualitas menurun. "Tentu Pertamina harus menanggung biaya proses pengolahan tersebut."
Selain itu, dalam proses blendingrawan manipulasi harga. "Ini menjadi sasaran untuk memburu rente dengan cara mark-up tadi oleh mafia migas," ujar Fahmy.
Praktik mark-updengan menaikkan harga merugikan pemerintah. Premium harus disubsidi hingga harga terjangkau oleh masyarakat. Bahkan, kata Fahmy, sering kali mafia migas menyelundupkan BBM yang disubsidi ke luar negeri seperti Singapura dan Vietnam untuk dijual kembali. "Berdasarkan pertimbangan itu, tim merekomendasikan agar dihapus total."
Saat ini subsidi premium untuk wilayah Jawa, Madura, dan Bali telah dihapus pemerintah. Pertamina harus menanggung harga dan sangat memberatkan korporasi.
Ketua Himpunan Wiraswasta Minyak dan Gas Bumi Nasional (Hiswana Migas) wilayah DKI Jakarta, Jabar, Banten Juan Tarigan mengatakan akan tunduk pada keputusan pemerintah jika nantinya premium dihapus total. "Kita okesaja karena murni bisnis," kata dia kepada HARIAN NASIONAL.
Namun, sejauh ini, Juan mengaku belum ada sinyal, baik dari pemerintah maupun Pertamina untuk mengurangi dan menghapus premium. Banyak SPBU tidak menjual premium seolah-olah menunjukkan pembatasan penjualan. Padahal semata-mata murni karena analisis bisnis.
"Tidak semua SPBU bisa menjual semua varian BBM. Tentu SPBU akan memilih mana BBM yang paling laris. Saat ini masyarakat cenderung memilih pertalite ketimbang premium," kata Juan.