Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pesona Kawah ijen

29 Agustus 2015   07:04 Diperbarui: 7 April 2016   19:52 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Danau kawah Ijen (koleksi pribadi)"][/caption]Naik gunung ....woow, itulah kesan pertama mendengar ajakan mas Pupung, seorang kawan.  Rasanya tidak mungkin fisik tubuh ini dibawa kesana.  Pikiran itu mengusik terus saat sudah tiba di Blawan, pada tanggal 25 Agustus 2015. Blawan adalah nama kebun penghasil utama kopi arabica, masuk wilayah PTPN XII, di kecamatan Sempol, kabupaten Bondowoso.  Kami berombongan delapan orang, menginap di homestay CatimoreHomestay memiliki lebih 24 kamar ini milik kebun Blawan, memberi jasa layanan untuk wisatawan tujuan di sekitar Ijen.  Homestay Catimore sangat populer, dapat reservasi melalui internet. 

[caption caption="Catimore Homestay berada dalam wilayah Kebun Blawan, PTPN XII, berjarak 45 km dari kota Bondowoso "]

[/caption]

[caption caption="Bertemu dengan Ardi Irianto, GM kebun Blawan di Catimore Homestay (koleksi pribadi)"]

[/caption]“Nanti malam siap-siap bangun jam 1 malam, terus naik ke puncak Ijen dan turun ke kawah lihat blue fire”, mas Pupung meyakinkan.    Penulis sanggupi saja ajakan itu untuk membangkitkan semangat diri sendiri dan teman lainnya.  Maklum kita, dua dari delapan orang adalah wanita.  Kita sudah lewat usia seket, bahasa jawanya oversex, maksudnya usia di atas lima puluh tahun.  Beberapa menyatakan tidak sanggup berangkat malam hari.  Mereka hanya mau jalan-jalan saja di pagi hari.

[caption caption="Berfoto dengan Ardi Irianto, GM Kebun Blawan"]

[/caption]Kami pun bersepakat untuk tidur segera.  Mas Pupung sudah berangkat tidur duluan.  Eh.. ternyata, udara dingin malam itu mampu menjebol dinding ketahanan tubuh penulis.  Udara saat itu memang cukup dingin, sekitar 16 derajad.  Perjalanan sejak siang hingga sore hari dari Bondowoso hingga Blawan cukup melelahkan (pagi-pagi kami berangkat dari Malang), sehingga kemungkinan fisik tubuh sedikit drop.  Penulis pun bergegas tidur dan masuk kamar. 

[caption caption="kebun Blawan, PTPN XII (koleksi pribadi)"]

[/caption]Jam 1.30 dini hari, mas Pupung mengetok pintu kamar.  Penulis bangun, dan menyatakan tidak jadi berangkat karena masih lemah.  Maka rombongan batal melihat blue fire.  Bila berangkat, maka sudah pasti tiga orang akan berangkat naik Ijen.  Semoga masih ada kesempatan melihat api biru yang khas itu di lain waktu.  Kami pun pun tidur kembali.

Jam 3.30, penulis terbangun.  Dan ternyata kawan lain pun sudah pada bangun.  Nampaknya sudah ada kata sepakat untuk jalan-jalan usai shubuh, dan semuanya berkomitmen ikut jalan.  Kami pun dengan dua mobil berangkat menuju ke puncak Ijen, yang berjarak sekitar 12 km dari homestay.  Kami juga rencanakan berkunjung ke kawah wurung, air terjun dan view lainnya.  Di jalan, kami beberapa kali berhenti untuk mengabadikan pemandangan sambil selfie ria.   Pagi hari, embun dan awan masih terlihat jelas menyelimuti lansekap pegunungan dan lembah yang didominasi tanaman hutan.

[caption caption="Rest point Paltuding (koleksi pribadi)"]

[/caption][caption caption="Pemandangan di sekitar Paltuding (koleksi pribadi)"]
[/caption]Kami berhenti di Paltuding, mobil harus parkir disini. Paltuding adalah pintu masuk (check point) naik gunung Ijen, terletak di ketinggian 1850 meter di atas permukaan laut (dpl).  Disini tempat kendali pengelolaan wisata alam Ijen. Disini tersedia kantin, homestay, kantor, pemandu wisata dan lokasi untuk kegiatan semacam outbond.   Saat itu sekitar jam 5.30 pagi, ada sekitar 50 mobil parkir untuk mengantar wisatawan.  Mobil-mobil ini, tentu parkir sejak semalam.   Kami membeli tiket di kantor BKSDA, dan kemudian mulai berjalan kaki.  Kebetulan penulis berjalan agak di belakang karena sambil merekam video tempat sekitarnya.  Teman-teman lain sudah berjalan dahulu.  Hanya mas Pupung yang berjarak dekat dengan penulis, sambil menceritakan kondisi Paltuding.

Di dekat kantor BKSDA, terdapat peringatan untuk pengunjung, yang memuat larangan bagi penderita asma, jantung dan darah tinggi.  Sebenarnya hati kecil penulis tidak mau ikut naik Ijen.  Mengapa?  Karena rundingan semalam hanya bersepakat jalan-jalan saja.  Siapa yang memulai atau mengajak naik, pikir penulis dalam hati.  Perjalanan akan memakan waktu 3 jam meski hanya berjarak 3.5 km jalan kaki.  Medan gunung tentu berat bagi penulis.  Jalur ini lebih berat dibanding pulau Sempu.  Akhirnya penulis pasrah, .... naik saja.

[caption caption="Pemandangan sekitar gunung Ijen (koleksi pribadi)"]

[/caption][caption caption="Pemandangan sekitar gunung Ijen (koleksi pribadi)"]
[/caption][caption caption="Jalur pendakian ke gunung Ijen (koleksi pribadi)"]
[/caption][caption caption="Jalan menanjak menuju puncak Ijen (koleksi pribadi)"]
[/caption]Langkah-demi langkah kaki berjalan.  Penulis diberi tongkat kayu untuk membantu pendakian.  Debu musim kemarau nampak beterbangan mengikuti langkah kaki. Pengunjung disarankan menggunakan masker mulut untuk menghindari debu.   Kabarnya, di musim penghujan jalanan berdebu ini sangat nyaman, dan tidak licin.  Penulis terengah-engah ketika jalan menanjak.  Jalan selebar 2.5 hingga 3 m sebenarnya cukup lapang.  Namun terasa sempit ketika berpapasan dengan pengunjung lain atau pekerja pengangkut belerang, terutamaa di jalan tikungan yang menanjak.  Apalagi pengunjung yang turun terkadang sambil melompat atau berlari.  Pagi itu, volume pengunjung lebih banyak yang turun dibanding naik.  Banyak diantaranya berwajah Eropa atau kulit putih, kebanyakan berusia muda, berombongan dua atau tiga orang.  Mereka pastinya baru menikmati keindahan blue fire usai keberangkatan semalam.

[caption caption="Pekerja tambang belerang (koleksi pribadi)"]

[/caption]Pagi itu cuacanya cukup sejuk, mendung dan angin lembut.  Penulis bersyukur rasanya semuanya berjalan lancar. Beberapa teman ada yang terpeleset atau jatuh di jalan tanjakan. Penulis mulai dapat mengejar kawan-kawan yang di depan, karena ingin menemukan momentum untuk video.  Tentu saja medan ini cukup berat yang membuat kami perlu istirahat setiap beberapa waktu.  Di paruh perjalanan, kami temukan warung atau kantin sederhana.  Kami beristirahat sekitar 30 menit, untuk makan mie instan dan minum hangat.  Di kantin ini, juga menjadi transit dan cek untuk menimbang belerang yang dibawa turun oleh pekerja.   Banyak pengunjung yang hendak naik beristirahat disini, diantaranya sekeluarga wisatawan asing asal Prancis, suami istri dengan dua anak berusia sekitar sepuluh tahun.  Mereka didampingi seorang pemandu selama pendakian ini.

[caption caption="koleksi pribadi"]

[/caption]Perjalanan berikutnya, jalanan lebih mendatar meski naik.  Suasana pemandangan makin indah, karena jalanan mengikuti tepi gunung. Lansekap gunung dan perbukitan, dilapisi awan putih, membuat komposisi horison langit yang padu dan apik.   Vegetasinya pun mulai perdu, mungkin karena lebih tahan terhadap paparan belerang yang baunya mulai tercium.  Disinilah permukaan atau topografi bumi nampak jelas dan terbuka, sehingga membentuk bukit-bukit seolah gundul seperti teletubies. Sungguh indah sekali.  Meski jalanan cukup lapang, kami harus berhati-hati berjalan karena jurang menganga di tepi jalan.  Jumlah pengunjung yang papasan turun semakin berkurang.   Mendekati puncak Ijen kami temukan pekerja belerang berkerumunan mengatur muatannya.  Ada yang dipikul, ada pula menggunakan kereta beroda dua.  Pekerja belerang inilah sesungguhnya yang menjadi roh kehidupan gunung Dieng setinggi 2386 m dpl.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun