Mohon tunggu...
Iwan Nugroho
Iwan Nugroho Mohon Tunggu... Dosen - Ingin berbagi manfaat

Memulai dari hal kecil atau ringan, mengajar di Universitas Widyagama Malang. http://widyagama.ac.id/iwan-nugroho/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Makna Puasa; Hidup Itu Memberi dan Mencintai

22 Juni 2017   23:54 Diperbarui: 24 Juni 2017   14:54 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Masjid Annur kota Batu) (koleksi pribadi)

Never forget the three powerful resources you always have available to you: love, prayer, and forgiveness.  H. Jackson Brown, Jr.

Bulan puasa ini banyak hal yang membahagiakan.  Masjid ramai dengan jamaah yang beribadah, banyak hidangan dikirim ke masjid untuk berbuka puasa.  Umat muslim saling berbagi atau memberi sedekah, membayar zakat, atau membagi rejeki untuk famili atau orang-orang yang membutuhkan.

Umat muslim berbagi demikian itu karena keimanan, dan ingin memperoleh predikat taqwa.  Orang yang bertaqwa adalah mereka yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. (Ali Imron 134).   

Orang bertaqwa ini akan menemukan kebahagiaan dunia dan akhirat, karena telah menunjukkan rasa kasih sayangnya terhadap sesama.   Itu semua didasari oleh keimanan dan untuk keridhaan Allah semata.  Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Memberi atau berbagi harusnya tidak hanya di bulan puasa saja.  Semua orang bisa melakukannya kapan dan dimana saja.  Justru ini adalah ujian yang sesungguhnya bagi umat muslim, apakah Ramadhan ini memberi pengaruh bagi kehidupan, apakah makna puasa terimplementasi dalam kehidupan keseharian di sebelas bulan lainnya.

Teladan dalam hal memberi dan berbagi dapat mencontoh kehidupan Nabi Muhammad, para sahabat dan orang-orang mulia.  Namun teladan itu juga ditemukan dalam kehidupan orang tua dahulu, kakek nenek buyut pada jamannya juga suka memberi dan berbagi, orang sabar dan menjalin silaturahmi.

Saya punya nenek (sudah meninggal), seorang wanita tani sederhana.  Beliau bekerja membantu suami di ladang, dan mengurusi dapur seharian.  Nenek biasa menyisihkan makanan untuk diberikan kepada tetangga, itu setiap hari dilakukan.  Kalau panen padi atau palawaija, nenek selalu kirim hasil panen ke seluruh anak dan mantu.  Nenek selalu punya waktu untuk berkunjung atau silaturahmi ke tetangga atau famili yang punya hajat, sedang sakit atau terkena musibah.  

Saat para cucu berkumpul, sambil memijat kami satu per satu, nenek tidak terlewatkan untuk memberi cerita kepada kami, nasehat hidup, atau pesan kebaikan.  Pesannya sederhana dan dalam, yakni rajin belajar, patuh kepada orang tua dan bermanfaat untuk orang lain.  Suatu pesan yang mencerminkan keimanan, kejuangan dan kepasrahan hidup, mencerminkan dimensi individu, sosial dan transendental.

Saya yakin banyak pembaca punya pengalaman sejenis.  Betapa kakek nenek atau orang-orang tua jaman dahulu, yang kondisinya lebih miskin atau terbatas, infrastruktur desa yang berat, dan informasi tidak lengkap, mampu menjadi teladan yang arif dan bijaksana, meski pendidikannya mungkin tidak pernah kenal bangku sekolah.  Orang-orang tua dahulu punya ketaatan dan patuh luar biasa dalam hal menjaga kebaikan, menerapkan akhlak dan memaknai kehidupan. 

-----

Memaknai puasa dengan memberi dan berbagi, dapat dilakukan dalam konteks kekinian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun