Even though no one admits it, writers are leaders in their communities. Â Pramoedya Ananta Toer
Saya pernah menulis perihal penulis dan pemimpin (lihat disini). Â Tulisan itu menguraikan mengapa pemimpin perlu belajar dari penulis. Â Karena penulis pada dasarnya punya karakter kuat dalam hal mental, teknik, intelektual, membaca, gaul, dan ketangguhan. Â Tulisan berikut ini, seolah menggali hal tersebut lebih dalam.
Antara penulis dan pemimpin ada banyak kesamaannya. Â Cara kerja mereka, termasuk kehidupannya menunjukkan perihal yang juga hampir sama. Â Maka tidak heran, banyak ditemui seorang penulis juga seorang pemimpin, atau pemimpin yang juga penulis. Â Dan, nilai lebihnya, mereka yang menjadi penulis dan sekaligus pemimpin, memiliki kekuatan karakter untuk memberikan pengaruh.
Hubungan penulis dan pembaca, atau pemimpin dan pengikutnya mirip-mirip benar dengan hubungan patron-klien. Mereka saling memberikan peran, pengaruh dan transfer manfaat sepanjang hubungan itu berjalan. Â Masing-masing menjalankan komunikasi tertentu, untuk memelihara hubungan dan perolehan manfaat dalam kerangka budaya (organisasi) nya.
Layaknya hubungan dan kehidupan organisasi, seorang penulis atau pemimpin pun wajib menjalankan fungsi-fungsi perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan pengendalian. Fungsi-fungsi ini pada dasarnya mengikat atau membatasi seseorang, namun penting agar seorang pemimpin atau penulis bekerja melalui proses yang benar dan dapat mencapai tujuan, dan memberi manfaat untuk banyak orang. Â
Sebebas-bebasnya pemimpin atau penulis, ia akan berhadapan dengan persepsi yang berbeda dari pengikut atau pembacanya. Â Pengendalian diri perlu untuk memelihara hubungan, komunikasi dan manfaat itu. Pengendalian diri dalam kerangka norma, etika atau nilai-nilai budaya.
Seorang penulis atau pemimpin juga memiliki karakter individu. Karakter itu membentuk pribadi, kemampuan dan kompetensi seorang penulis atau pemimpin. Â Karakter yang positif akan memelihara aliran manfaat kepada banyak orang, menginspirasi dan mencerahkan umat. Â Seorang penulis atau pemimpin perlu syarat tertentu agar memberi pengaruh positif, antara lain kejujujuran, kekuatan/tangguh, semangat, amanah atau tanggungjawab, dan menguasai ilmu pengetahuan.Â
Karakter itu semua terbangun dan tertanam melalui perjuangan dan pengalaman hidup yang menempa seseorang. Â Namun, seorang penulis atau pemimpin juga manusia biasa, dengan berbagai kelemahannya. Â Ada saat tertentu, mereka terjatuh, terhempas, bangun, dan jatuh lagi. Berikut ini dinamika kehidupan pada diri penulis atau pemimpin.
Idealis vs pragmatis Â
Seorang penulis atau pemimpin sering mengejar kesempurnaan atau hal-hal ideal. Penulis berharap menemukan 'sesuatu' yang lain dari tulisannya. Â Pemimpin juga menginginkan first best result. Tapi, realita seringkali membatasi luaran yang sempurna itu.Â
Penulis yang perfeksionis tidak pernah menyelesaikan tulisannya. Mereka terus merevisi, dan mengedit tulisan; dan tidak berujung ke penerbit. Pemimpin yang idealis juga akan uring-uringan menemukan sumber daya yang senantiasa terbatas. Â Alih-alih menemukan kinerja yang diinginkan, timnya akan pecah dan tidak tahan dengan idealisme pemimpinnya. Kinerjanya pun berantakan dan hasilnya tidak optimal.