Mohon tunggu...
Mohamad Kurniawan
Mohamad Kurniawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausahawan sosial bidang pendidikan dan pengembangan sumber daya insani.

Setiap orang adalah guru. Setiap tempat adalah sekolah. Setiap waktu adalah belajar. Menulis adalah untuk mengabadikan semuanya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dari Kurma California hingga Azan Maghrib dari "Smartphone"

24 Mei 2017   23:13 Diperbarui: 25 Mei 2017   10:35 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bagi umat muslim Ramadhan adalah momen istimewa. Tak terkecuali untuk kaum muslim yang tinggal di Australia. Kami sekeluarga, yang tinggal di Darwin, Australia pun merasakan momen istimewa. Menikmati setiap momen ibadah di bulan suci ini  dengan tantangan tersendiri. Saya ingin menceritakan beberapa hal menarik seputar pengalaman kami menjalani hari-hari Ramadhan di negeri kanguru ini. 

Pertama, Australia bukan negara muslim. Kaum muslim di Australia hanya kurang lebih 2.2 persen dari total populasi negeri kanguru atau sekitar 500.000 jiwa saja. Bagaimana wajah muslim di Australia akan saya bahas dalam tulisan-tulisan saya selanjutnya. Konsekuensi dari kondisi ini, maka kehidupan sehari-hari selama bulan Ramadhan berjalan normal. Business as usual. Tidak ada perbedaan dengan bulan-bulan yang lain. Jam kerja tetap, restoran-restoran tetap buka, anak-anak sekolah tetap masuk dan pulang seperti biasa.

Kedua, meskipun dari waktu ke waktu semakin banyak orang Australia (baca : orang bule) yang tahu Ramadhan namun pemahaman mereka terhadap makna bulan suci ini masih sangat minim. Selama 5 tahun kami tinggal di Australia, 5 kali pula kami menjalani Ramadhan di sini. Setiap masuk bulan Ramadhan, teman-teman kerja saya menaruh respek ketika saya harus menjalani puasa di siang hari. Respek ini lebih dilatarbelakangi oleh sifat orang barat yang sangat menghargai pilihan setiap orang. Mereka tidak mau terlalu mencampuri urusan orang lain. Hal ini mengakibatkan di bulan puasa pun intensitas dan volume pekerjaan saya pun tak berkurang sama sekali.

Ketiga, sejak 3 tahun silam setiap menjelang bulan Ramadhan, kira-kira seminggu sebelumnya di beberapa outlet Woolworth dan Coles – dua supermarket besar yang memonopoli pasar retail di Australia – dipasang banner dengan tulisan Marhaban Ya Ramadhan. Bagi kami, inisiatif kecil dan sederhana ini menunjukkan bahwa Australia sangat menghargai orang-orang muslim sebagai penganut agama minoritas.

Keempat, seperti di Indonesia, kurma pun banyak dijual di supermarket-supermarket besar dan kecil. Dan biasanya yang dijual justru kurma dari California. Buahnya besar, tidak terlalu manis dan tidak terlalu kering dan keras. Stok tersedia dalam jumlah lebih banyak dan diletakkan di rak-rak bagian depan dengan harga diskon. Tak jarang, kalau beruntung kita bisa mendapatkan kurma dengan harga diskon sampai 40%.   

Kelima, kalaupun ada yang paling kami rindukan selama kami tinggal jauh dari Indonesia adalah suasana menjelang buka puasa. Banyak penjual makanan dan minuman sebagai menu buka puasa yang bisa kita temukan dimana-mana. Banyak orang yang memanfaatkan waktu menjelang berbuka ini dengan ngabuburit hingga mengikuti kajian-kajian di masjid-masjid. Di Darwin, tidak terjadi seperti apa yang terjadi di tanah air. Semuanya berjalan seperti biasa. Bisa-bisa kami lupa kalau kami sedang berada di bulan Ramadhan andai tidak mendengar adzan maghrib meskipun panggilan tersebut hanya terdengar dari smartphone saya atau istri saya.

Selamat menjalankan ibadah di bulan Ramadhan!

#30DWC6 #Day8

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun